BANKSyariah Mandiri saat melakukan sosialisasi investasi emas dalam kegiatan diskusi di Harian Waspada. Jumat (29/8)," kata Ketua Umum Majelis Zikir Az-Zikra Sumatera Utara Ustadz Drs HM
bank syariah terbaik di Indonesia – credit Kita sudah mengetahui bahwa bank syariah merupakan sebuah bank yang dalam prakteknya berdasarkan syariat islam. Bank syariah telah tersebar di berbagai negara, termasuk indonesia. Perkembangan bank syariah terbilang cukup pesat karena bank ini memiliki banyak manfaat serta mengharamkan riba dalam prakteknya. Di Indonesia sendiri sudah cukup banyak bank bank berbasis agama Islam ini, namun tahukah mana bank syariah terbaik di Indonesia? Bank syariah telah berdiri sejak beberapa tahun yang lalu. Namun, kebanyakan orang lebih memilih menggunakan Bank Konvensional daripada Bank Syariah karena minimnya informasi tentang Bank Syariah tersebut. Padahal produknya juga sama sama lengkap, ada deposito, KPR, Tabungan haji dan umroh serta kredit mobil. Hal ini mungkin wajar, sebab kebanyakan dari mereka belum mengetahui bank mana saja yang membuka transaksi berbasis syariah dan seperti apa uraiannya. Oleh karena itu, artikel ini hadir untuk menjawab setiap pertanyaan Anda sekalian. Peringkat Bank Syariah Terbaik di Indonesia Versi Berikut merupakan pemaparan tentang bank syariah terbaik yang ada di Indonesia Bank Mualamat Indonesia Sebagai umat Islam, kita mesti bersyukur ke hadirat Allah SWT bahwasannya sebuah bank yang beroperasi sesuai dengan syariat islam yang diberi nama Bank Muamalat Indonesia atau sering disingkat BMI, resmi beroperasi pada bulan Mei 1992. Ide pendirian BMI berasal dari MUI pada lokakarya “Bunga Bank dan Perbankan” pada tanggal 18-20 Agustus 1990. Ide pertama ini kemudian mulai dipertegas lagi dalam MUNAS VI MUI di Hotel Sahid tanggal 22-25 Agustus 1990. Pada tanggal 1 Mei 1992 BMI memulai operasinya dengan memberikan layanan perbankan Islam kepada para nasabah. Hal ini terlaksana setelah mendapat izin prinsip, surat Menteri Keuangan RI No. -1223/ tanggal 5 November 1991. Izin usaha Keputusan Menkeu RI 013/1992 tanggal 24 April 1992. Bank Muamalat Indonesia memiliki beberapa tujuan diantaranya Meningkatkan kualitas kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan terutama dalam bidang ekonomi. Mengembangkan lembaga bank dan sistem perbankan yang sehat berdasarkan efisiensi dan keadilan. Bank Muamalat Indonesia BMI dalam menjalankan usaha komersialnya mempunyai 3 prinsip operasional yang terdiri dari sistem bagi hasil, sistem jual beli dengan margin keuntungan, dan sistem fee Jasa. BMI juga memiliki beberapa produk dalam pengerahan dananya, yaitu Giro Wadi’ah Merupakan dana nasabah yang dititipkan di bank. Nasabah berhak mengambil dan mendapatkan bonus dari keuntungan pemanfaatan dana giro oleh bank. Tabungan Mudharabah Merupakan dana yang disimpan nasabah akan dikelola oleh bank, untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan tersebut akan diberikan kepada nasabah berdasarkan kesepakatan bersama. Deposito Investasi Mudharabah Merupakan dana yang disimpan nasabah hanya bisa ditaruk berdasarkan jangka waktu yang telah ditentukan, dengan bagi hasil keuntungan berdasarkan kesepakatan bersama. Bagi yang sedang mencari bank syariah terbaik untuk deposito, kalian bisa pilih produk deposito dari bank Mualamat. Tabungan Haji Mudharabah Merupakan simpanan pihak ketiga yang penarikannya dilakukan pada saat nasabah akan menunaikan ibadah haji atau pada kondisi tertentu sesuai dengan perjanjian nasabah. Tabungan Qurban Merupakan simpanan ketiga yang dihimpunkan untuk Ibadah Qurban dengan penarikan dilakukan pada saat nasabah akan melaksanakan ibadah qurban atau atas kesepakatan antara pihak bank dan nasabah. Selain produk pengerahan dana, Bank Muamalat Indonesia BMI juga memiliki produk penyaluran dana sebagai berikut Pembiayaan Mudharabah merupakan pinjaman modal investasi atau modal kerja sepenuhnya sedangkan nasabah menyediakan usaha dan managemennya. Hasil keuntungan akan dibagikan sesuai dengan kesepakatan bersama dalam bentuk nisba tertentu dari keuntungan pembiayaan. Pembiayaan Murabahah = pembiayaan untuk pembelian barang lokal ataupun internasional. Bai Bithaman Ajil = pembiayaan untuk pembelian barang dengan cicilan. Al-Qardhul Hasan = Pinjaman kecil bagi pengusaha kecil yang benar-benar membutuhkan modal. Nasabah tidak perlu membagi keuntungan kepada bank, tapi hanya membayar biaya administrasi saja yang merupakan biaya-biaya real yang tidak dapat dihindari untuk terjadinya suatu kontrak misalnya biaya penelitian proyek, notaris, upah karyawan, dll. Pembiayaan Musyarakah =Pinjaman sebagian dari keseluruhan modal usaha yang mana pihak bank dapat dilibatkan dalam proses manajemen. NOTE Bagi yang mencari banks syariah bagus menurut ulama, kalain bisa pilh bank muamalat karena bank ini juga sebagian sahammnya di miliki oleh ustad kondang, Yusuf Mansyur. Bank Mandiri Syariah Bank Syariah Mandiri atau sering disingkat BSM merupakan bank komersial syariah kedua setelah Bank Muamalat Indonesia BMI. BSM secara resmi mulai beroperasi sejak senin tanggal 25 rajab 1420 Hijriah atau 1 November 1999. Salah satu Bank Syariah Terbaik untuk menabung dan meminjam, karena memiliki produk-produk yang cukup digemari nasabah. Gadai emas syariah merupakan salah satu produk yang sangat digemari nasabah. Bank Syariah Mandiri BSM dalam menghimpun dana masyarakat dilengkapi dengan tabungan, deposito dan giro. Khusus untuk pelayanan uang plastik, Bank Syariah Mandiri BSM meluncurkan kartu ATM Syariah Mandiri yang bisa diakses di seluruh ATM BSM dan Bank Mandiri. Kartu ATM ini juga bisa dijadikan kartu identitas lewat kerjasama dengan berbagai lembaga. Selain itu BSM juga dilengkapi fasilitas SMS banking bahkan memiliki produk kartu debit card. Bank Internasional Indonesia BII Syariah Bank Internasional Indonesia Syariah mulai beroperasi sejak bulan Mei 2003. Langkah inovatif yang diterapkan BII syariah sebagai startegi bisnisnya adalah mengkhususkan diri pada segment pasar kelas menengah atas. Produk unggulan yang ada di BII Syariah adalah Tabungan Musafir Platinum, Giro Platinum, dan Deposito Platinum layanan priority banking. Bank Internasional Indonesia Syariah juga memberikan kemudahan kepada nasabahnya berupa layanan ATM yang bisa diakses diseluruh jaringan ATM BII, jaringan cirrus dan ALTO. Nasabah juga dapat memanfaatkan kartu debit pada 5,6 juta merchant dengan akses internasional lewat Maestro dan Mastercard Electronic. Bank Danamon Syariah Selain menjual beberapa produk tabungan, giro dan deposito syariah, bank danamon syariah juga menjual produk gadai emas syariah. Produk gadai emas syariah dapat memberikan dana kepada nasabah hingga Rp. 250 Juta. Sementara ATM bank ini dapat digunakan untuk tarik tunai maksimal 5 juta perhari, cek saldo, pindah buku antar rekening dan bisa diakses lebih dari 500 ATM Bank Danamon Konvensional. BNI Syariah BNI Syariah mulai beroperasi pada April tahun 2000. Bank BNI syariah memiliki ATM yang bisa diakses di ATM BNI dan di ATM berlogo Cirrus dengan akses internasional. Kartu ATM BNI syariah plus dapat berfungsi sebagai debit card di merchant-merchant berlogo Maestro. Produk unggulan BNI syariah adalah memberikan kemudahan pelayanan kepada nasabah yang melakukan pembayaran zakat infak sedekah ZIS secara open transfer ke rekening lembaga-lembaga amil zakat. Produk BNI syariah yang paling populer adalah Tabungan haji dan Umroh IB hasanah. Kalau mencari bank syariah yang terbaik untuk tabungan haji dan umroh, kalian bisa memilih produk BNI syariah ini. Bukopin Syariah Bank Bukopin Syariah mulai beroperasi sejak awal tahun 2002. “Kartunya satu ATMnya banyak” merupakan slogan bisnis bank bukopin syariah. Slogan tersebut menggambarkan keunggulan produk yang ditawarkan kepada masyarakat. Seperti halnya bank induknya, bank bukopin, kartu ATM bukopin syariah bisa diakses di ATM melalui antar jaringan ATM, baik jaringan ATM BCA maupun jaringan ATM Bersama. Dengan produk ini nasabah bank bukopin syariah dapat dengan mudah melakukan berbagai transaksi seperti; pembayaran rekening telepon dan rekening listrik. Bahkan belakangan ini, bukopin Syariah telah menambah kartu ATMnya dengan fasilitas debet visa electron. BRI Syariah Bank BRI Syariah merupakan unit usaha BRI Syariah yang mulai membuka cabang pada bulan Oktober 2002 Rudjito, 2003,3. BRI Syariah melengkapi produk penghimpun dananya dengan giro wadiah, Tabungan Mudharabah, dan deposito berjangka Mudharabah. Sedangkan pada produk pembiayaannya, bank yang identik dengan UKM mengandalkan pada dua produk utama yakni pembiayaan Murabahah dan mudharabah. BRI Syariah juga fokus pada retail banking. Hal ini sangat sesuai dengan misi perbankan syariah yang menekankan perannya pada sektor usaha kecil dan menengah. Selain itu produk KPR BRI syariah sangat banyak dicari, bisa dikatakan produk bank syariah terbaik untuk KPR. Pilihlah Salah Satu Bank Syariah Terbaik di Indonesia Jangan ragu ragu memilih salah satu bank syariah terbaik di Indonesia baik untuk menabung, deposto, KPR, tabungan haji atau produk lainya. Namun perlu kaliah perhatikan peringkat terbaik bank syariah ini hanya versi panduanbank. Jadi kemungkinan yang tidak terdaftar belum tentu kurang baik. Sebab banyak penilaian penilaian yang membuat perbedaan dalam peringkat. Dimana pun berada sebagai muslim yang istiqomah lebih baik memilih bank syariah. Demikian artikel ini kami buat, semoga bermanfaat.
ReksadanaSyariah Ustadz Erwandi 2022 Reksadana Syariah Ustadz Erwandi 2022. Investasi emas atau reksadana pasar uang 2022 investasi emas atau reksadana pasar uang. Posted on february 19, 2017 by admin.Aplikasi Pinjaman Online Syariah 2022 Pinjaman Modal from pinjamanmodal.co.idMuhammad arifin badri reksadana syariah telah menjadi salah satu proyek bank yang banyak diminati invertor kelas kakap.Kita Sedang Menuju Kesana Oleh Abdullah Mohon maaf saya memakai nama anonim untuk melindungi diri dan keluarga saya Part 1 Muqadimah Setelah 27 tahun berdiri di Indonesia ternyata orang-orang masih saja memperdebatkan hukum halal-haram dari Bank Syariah. Pada dasarnya orang-orang terbagi ke dalam 3 golongan pendapat mengenai hukum Bank Syariah ini. Golongan pertama meyakini bahwa Bank Syariah itu sudah 100% syariah. Golongan kedua meyakini bahwa Bank Syariah itu belum 100% syariah namun “kita sedang menuju kesana”. Adapun Golongan ketiga berpendapat bahwa Bank Syariah itu sama saja dengan Bank Konvensional. Di tulisan ini saya akan menceritakan pengalaman saya bekerja sebagai bankir syariah dimana pada awalnya saya yakin dengan pendapat pertama namun pada akhirnya berpindah posisi dengan kecenderungan kepada golongan ketiga. Tulisan ini tentunya tidak saya tulis untuk menjatuhkan vonis “sesat” kepada orang-orang yang berbeda pendapat dengan saya, namun semoga ini bisa menjadi refleksi kita dalam membangun keuangan syariah secara bersama-sama. Pada awalnya saya tidak berpikir akan menjadi bekerja di Bank Syariah. Namun ketika Bank X membuka beberapa lowongan di Unit Usaha Syariah UUS, maka saya pikir tidak ada salahnya jika saya ikut melamar untuk posisi admin. Singkat cerita, setelah melewati banyak tahapan seleksi mulai dari seleksi administrasi hingga wawancara direksi, saya diterima untuk ditempatkan di unit bisnis syariah di kantor pusat. Hal ini sangat syukuri karena sebenarnya bisa saja saya ditempatkan di kantor cabang yang bukan domisili saya. Sebelum melamar ke Bank X, saya menyempatkan diri untuk membaca beberapa buku text-book terkait bank syariah dan juga artikel-artikel yang ada di internet. Bermodalkan hal itu saya sangat yakin bahwa Bank Syariah sudah 100% syariah dan ini merupakan harapan umat Islam dalam membangun ekonomi syariah dan melawan riba. Apalagi mengingat fakta bahwa Bank Syariah diawasi oleh DSN Dewan Syariah Nasional di tingkat nasional dan DPS Dewan Pengawas Syariah di masing-masing Bank, maka semakin yakinlah saya akan kehalalan Bank Syariah. Di bulan pertama saya bekerja, saya fokus untuk mempelajari cara kerja bank secara umum dan juga istilah-istilah perbankan syariah. Pengetahuan perbankan dasar saya sangatlah minim dan terkadang agak sulit untuk membedakan antara murabahah, mudarabah , dan musyarakah. Oleh karena itu, menjadi bankir syariah secara relatif lebih sulit dibandingkan bankir konvensional karena selain harus mengetahui basic business bank secara umum, kita juga harus menguasai fiqih muamalah. Bank X sebenarnya sudah berbaik hati memberikan kami pelatihan dasar perbankan selama kurang lebih 1 bulan. Sayangnya, kami baru diberikan pelatihan materi syariah setelah bekerja belasan bulan kemudian. Itupun materinya sangat di “compress” karena materi yang seharusnya diberikan selama 5 hari full hanya dijalankan selama 2 hari. Hal ini mungkin dilakukan karena ketakutan akan terhambatnya operasional kantor. Mungkin tanda-tanda dari Allah sepertinya sudah datang ketika saya baru bekerja 1 bulan di tempat itu. Salah seorang teman anggap saja namanya Fulan yang saya hormati karena disiplin dan prestasinya tiba-tiba menelpon saya. Pada awalnya kami hanya saling menanyakan kabar dan berbicara basa-basi. Pembicaraan mendadak serius ketika dia bertanya tentang pekerjaan saya. Pembicaraan kurang lebih berlangsung seperti ini Fulan Saya dengar-dengar antum bekerja di Bank Syariah? Saya Iya, benar Fulan Kenapa antum bekerja di situ? Bukannya antum pernah bilang tidak ingin bekerja di Bank? Saya Betul, tapi ini beda karena ini adalah Bank Syariah Fulan Bank Syariah itu sama saja kak, saya punya teman yang bekerja di Bank Syariah “M”, Dia sendiri bercerita kalau Bank Konven itu sama saja dengan Bank Syariah Saya Begini Fulan, Bank Syariah itu menggunakan akad murabahah jual beli sehingga memliki skema yang beda dengan konven… disini saya terus-menerus menjelaskan hal teknis Fulan Sama aja kak… Kami akhirnya sepakat untuk tidak sepakat tentang posisi kami mengenai Bank Syariah karena saat itu Fulan sudah berada pada “golongan ketiga” sementara saya masih berada pada “golongan pertama” dan memang bukanlah hal yang mudah untuk mengomunikasikan “Gap” ini. Sebenarnya saya sangat ingin mendengarkan alasan kenapa dia mengatakan bahwa Bank Syariah sama saja dengan Bank Konven, namun sayangnya Fulan tidak sempat untuk menjelaskan hal itu. Sayapun tidak ingin menerima suatu “klaim” jika tidak disertai penjelasan yang memadai. Part 2 Between Halal and Haram Sebagai seseorang yang bekerja di Bank Syariah, secara pribadi saya terus terang lebih tertarik mempelari aspek ke-syariah-an suatu bank dibandingkan aspek bisnisnya sendiri. Saya lebih senang apabila suatu bank sudah 100% syariah walaupun hanya mencapai 70% dari sisi target daripada suatu bank mencapai target 100% tapi hanya 70% dari sisi kepatuhan terhadap syariah. Setelah melakukan penyelidikan demi penyelidikan, akhinya terungkaplah beberapa isu yang membuat saya ragu tentang kehalalan pekerjaan saya. Namun sebelum saya menjelaskan isu-isu tersebut, saya ingin menegaskan bahwa tulisan ini tidaklah bertujuan untuk mengeluarkan “fatwa” halal-haram. Silahkan pembaca konsultasikan ke Ustadz yang kredibel untuk masalah itu. Hal pertama yang membuat saya ragu adalah kehalalan gaji saya. Sebagai seseorang yang bekerja di unit usaha syariah, saya ditempatkan di kantor pusat dan otomatis sumber gaji saya diperoleh dari induk perusahaan yang notabene bergerak di bidang perbankan konvensional riba. Hal ini membuat saya bertanya-tanya apakah gaji saya ini halal? Isu ini kemudian menjadi semakin kompleks karena laba yang diperoleh induk perusahaan berasal dari dua sumber yaitu laba unit konvensional yang haram dan laba UUS yang waktu itu saya anggap halal. Saya kemudian membuat pembenaran sendiri dengan mengatakan bahwa walaupun misalnya gaji saya bersumber dari sesuatu yang haram namun di perusahaan ini saya bekerja untuk bisnis syariah yang waktu itu saya anggap halal. Ijtihad ini tentunya saya hanya simpulkan berdasarkan hawa nafsu dan pendapat pribadi semata tanpa ada konsultasi sedikitpun dengan para ulama. Hal lain yang menjadi kekhawatiran saya berikutnya adalah pertanyaan mengenai kehalalan sumber modal unit usaha syariah UUS ini. Sebagai informasi, modal pendirian UUS ini disediakan oleh induk konvensional yang bergerak di bidang pembiayaan ribawi. Sampai sekarang saya tidak tahu jawaban hal ini. Tapi anggaplah modal ini halal karena pada dasarnya modal ini merupakan “pemberian” dari perusahaan induk pada awal pendirian UUS saja. Namun pada kenyataannya “pemberian” ini tidak dilakukan sekali saja, tetapi justru bisa dilakukan tiap hari. Kenapa? Karena dalam praktek kesehariannya Bank Syariah yang bentuknya masih berupa UUS tetap bisa menggunakan modal dari Induk konvensional-nya yang dalam istilah akuntansi dikenal dengan akun “Rekening Antar Kantor” RAK. Akun RAK ini ibaratnya adalah “pipa” dimana perusahaan induk dapat menyalurkan “modal tambahan sementara” apabila UUS membutuhkan tambahan modal. Hal ini biasanya dilakukan apabila UUS sedang mengalami masalah likuiditas. Apabila likuiditas UUS sudah membaik maka UUS akan mengembalikan modal tersebut melalui pipa yang sama. Bukankah ini menunjukkan bahwa di UUS Bank Syariah sudah terjadi pencampuran dana? Masalah berikutnya yang menurut saya sangat signfikan adalah hilangnya unsur profit-and-loss sharing PLS dalam produk tabungan, deposito, maupun sukuk mudharabah. Semua pejuang keuangan syariah tahu bahwa salah satu spirit dari ekonomi syariah adalah memperkenalkan sistem PLS kedalam sistem ekonomi yang sudah sangat tercemari oleh praktek-praktek ribawi. Namun mungkin karena sistem PLS dianggap sebagai perubahan yang agak “radikal” karena hal itu berarti nasabah juga akan ikut menanggung potensi kerugian, maka para pendiri bank syariah memutuskan untuk mengadopsi sistem revenue sharing yang lebih “soft” dan lebih mudah diterima masyarakat. Dengan sistem revenue sharing ini maka return nasabah tidak dijamin nominalnya namun di sisi lain nasabah dijamin tidak akan pernah rugi.. Alasan yang sering saya dengar dijadikan pembenaran untuk hal-hal syubhat yang ada dalam Bank Syariah adalah ini semua adalah bagian dari perkenalan bertahap dan “kita sedang menuju kesana”. Dengan kata lain, ini adalah cara halus untuk mengatakan bahwa memang didalam Bank Syariah masih ada riba yang terjadi namun kita sedang berjuang untuk memberantasnya. Kalimat yang biasa saya baca adalah “Jika kita meninggalkan Bank Syariah ini maka otomatis semua orang akan lari ke Bank konvensional”. Melihat semua fenomena ini, maka saat itulah saya berpindah posisi dari golongan pertama menjadi golongan kedua. Adapun kekhawatiran saya mengenai kehalalan Bank Syariah tertutupi dengan jargon “perjuangan”, “darurat”, dan sudah tentu saya juga percaya kalau “kita sedang menuju kesana”. Waktu terus berjalan dan saya masih betah bekerja di Bank Syariah. Terkadang muncul momen-momen dimana saya merasa gelisah tapi seketika saya tepis dengan “amunisi” pembenaran-pembenaran yang saya pelajari. Kadangpun saya bertanya-tanya kenapa cuma saya yang merasa gelisah? Apakah hal ini tidak disadari oleh rekan-rekan yang lain? Belakangan kemudian saya sadari ternyata rekan-rekan yang lainpun merasakan kegelisahan yang sama hanya saja saat itu saya belum mengetahuinya. Meskipun saya saat itu berusaha “mengebalkan” diri dari kegelisahan, namun hal itu tidak membuat saya berhenti untuk mempelajari isu-isu syariah di perbankan syariah. Mulailah saya membaca artikel-artikel dan video youtube dari pakar fiqih muamalah seperti Ustadz Dr. Erwandi Tarmizi dan Ustadz Ammi Nur Baits yang banyak mengkritisi praktek-praktek perbankan syariah. Sebagai “penyeimbang” saya juga terkadang membaca artikel dari Ustadz “A” yang sangat pro dengan bank syariah. Ustadz A selalu mengingatkan bahwa Bank Syariah itu sudah 100% syariah karena didukung fatwa-fatwa DSN-MUI yang kapabilitasnya tidak diragukan lagi. Tapi sayangnya yang sering saya temukan di lapangan adalah praktek-praktek yang nyata-nyata melanggar fatwa. Tentu kita bisa mengatakan bahwa yang melakukan pelanggaran adalah “oknum” sehingga saya tidak bisa menyalahkan bank X secara keseluruhan. Tapi hal yang membuat saya miris adalah penyimpangan syariah ini seolah-olah berubah menjadi “SOP” yang dijalankan sebagai bagian dari rutinitas Bank X. Dengan kata lain oknum disini bukan menunjuk pada individu. Oknum tersebut adalah bank itu sendiri. Part 3 Murabaha Syndrome Begitu banyak isu syariah yang saya temui selama saya bekerja di Bank X, namun yang paling menggelisahkan saya adalah bagaimana akad pembiayaan murabahah dipraktekkan di Bank X.. Setelah membandingkan antara standar aturan dan praktek, saya melihat begitu banyak penyimpangan syariah yang terjadi pada akad murabahah ini saja. Sudah umum diketahui bahwa akad murabahah jual beli merupakan akad paling dominan digunakan di Bank X dan juga di seluruh industri perbankan syariah, oleh karena itu sudah merupakan kewajiban bagi Bank Syariah untuk meluruskan hal ini. Jika syarat dan rukun dari akad murabahah ini tidak terpenuhi maka otomatis laba yang dihasilkan dari akad-akad tersebut harus disisihkan sebagai pendapatan Non-Halal yang saya perkirakan bisa mencapai 60-80% dari total laba bank syariah. Dengan kata lain, kesalahan prosedur murabahah bisa menjatuhkan Bank tersebut ke dalam lembah riba. Masalah pertama dari akad murabahah yang dipraktekkan di Bank X adalah adanya keseragaman dalam underlying transaction yang dipergunakan. Sebagi informasi, Di Bank X, akad murabahah biasanya digunakan ketika ada pegawai baik negeri maupun swasta yang membutuhkan pinjaman konsumtif. Dari ratusan bahkan ribuan pegawai yang menggunakan akad murabahah, seluruhnya didasari pada akad underlying yang sama yaitu “pembelian bahan bangunan”. Secara logika, tidak mungkin semua nasabah mengajukan aplikasi pembiayaan untuk alasan yang sama. Dari sini kita patut curiga bahwa disini akad murabahah merupakan “hilah” atau trik untuk membuat produk Kredit Multi Guna. Masalah kedua adalah Bank mengharuskan agar penandatanganan akad wakalah dan akad murabahah dilakukan secara bersamaan. Dugaan saya, alasan dilakukannya hal ini adalah karena Bank X tidak mau melakukan pencairan dana kepada nasabah apabila tidak dilakukan pengikatan secara legal terlebih dahulu. Konsekuensi dari hal ini adalah Bank X melakukan akad jual beli atas barang yang belum mereka miliki karena tidak adanya proses serah terima barang dari penjual bahan bangunan kepada Bank X sebelum Bank X menjual kembali bahan bangunan tersebut kepada nasabah. Hal ini tentu bertentangan dengan hadist Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam Dari Hakim bin Hizam, “Beliau berkata kepada Rasulullah, Wahai Rasulullah, ada orang yang mendatangiku. Orang tersebut ingin mengadakan transaksi jual beli, denganku, barang yang belum aku miliki. Bolehkah aku membelikan barang tertentu yang dia inginkan di pasar setelah bertransaksi dengan orang tersebut?’ Kemudian, Nabi bersabda, Janganlah kau menjual barang yang belum kau miliki.” HR. Abu Daud, no. 3505; dinilai sahih oleh Al-Albani Setelah dana dicairkan oleh Bank X maka disini barulah nasabah melakukan “pembelian bahan bangunan”. Adapun nota pembelian dapat ditunda penyerahannya kepada pihak Bank sampai beberapa bulan berikutnya. Oleh karena itu hakikat dari transaksi adalah Bank X hanya ingin melakukan pencairan dana tanpa perlu repot-repot melakukan prosedur jual beli normal seperti serah terima barang, transportasi barang, dan lain-lain. Nasabah juga tidak terlalu perduli dengan hal ini selama mereka bisa meminjam uang, meskipun ada kalanya nasabah bertanya kenapa underlying transaction yang tertera di aplikasi pembiayaan mereka tercatat sebagai pembelian bahan bangunan padahal tujuan dia meminjam uang adalah untuk biaya sekolah. Dengan kata lain akad murabahah ini telah berubah menjadi Akad Riba yang terselubung.. Apakah kemudian Account Officer tidak mengetahui hal ini? Mereka sangat tahu sehingga tidak sedikit dari mereka yang mempertanyakan kehalalan dari transaksi ini.. Apakah para petinggi perusahaan tidak tahu akan hal ini? Mereka juga sangat tahu sehingga hal ini membuat saya semakin kecewa dengan Bank X karena seolah-olah kesyariahan suatu transaksi dinomorduakan diatas target laba perusahaan. Bagaimana mungkin Allah memberkahi kita jika kita menutup mata dengan pelanggaran yang sangat terang seperti ini !? Apakah ini yang kita sebut dengan “kita sedang menuju kesana”? Apakah kemudian kita rela makan di restaurant yang belum 100% halal dengan dalih “kita sedang menuju kesana”?? Tidakkah kita takut diserupakan dengan Kaum Yahudi yang melanggar penjanjian di hari sabtu? Na’udzu billah min dzalik. Dengan alasan ini ditambah dengan pelanggaran syariah lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, maka saat itu saya cenderung mengarah kepada golongan ketiga. Part 4 Exit Strategy Saat itu saya masih saja bekerja di Bank X, namun pikiran untuk resign sudah mulai terngiang-ngiang di kepala saya. Sebenarnya saya pernah resign dari tempat kerja sebelumnya walaupun belum mendapatkan pekerjaan pengganti, namun kali ini situasinya berbeda karena saya sudah menikah dan tidak tahu harus berkata apa kepada orang tua dan mertua saya apabila saya resign begitu saja. Mulailah saya istikharah meminta petunjuk kepada Allah. Begitu banyak pertanyaan yang ada di kepala saya. Kapan saya harus resign? Pekerjaan apa yang harus saya lamar? Apakah saya harus resign sekarang atau nanti setelah mendapatkan pekerjaan? Bagaimana cara saya memberitahukan hal ini kepada orang tua dan mertua saya? Saya sangat berharap agar Allah memberi saya jawaban atas segala pertanyaan dan di saat bersamaan saya juga minta agar diberi keteguhan hati untuk mengundurkan jika memang pekerjaan yang sedang saya jalani ini betul-betul haram. Alhamdulillah, saya merasa Allah memberikan petunjuk secara satu persatu dari arah yang tidak disangka-sangka. Suatu ketika saya datang ke rumah saudara ibu saya untuk membicarakan masalah persiapan pernikahan putrinya. Di saat saya sudah hampir pulang, tiba-tiba saja bibi saya bertanya mengenai kesyariahan bank syariah. Menurut dia dari luar mungkin bank syariah terlihat berbeda dengan bank konven namun secara hakikat dia yakin kalau keduanya sama saja. “Pasti sama aja kan?”. Dalam situasi itu saya cuma bisa tertawa karena sebenarnya saya juga setuju dengan pendapatnya meskipun malu untuk mengakuinya. Di saat bersamaan saya sangat heran kenapa dia tiba-tiba bertanya mengenai hal itu. Apakah ini mungkin petunjuk bagi saya? Sumber lain yang membuat saya semakin yakin untuk resign adalah pengetahuan yang saya dapat setelah membaca buku-buku yang saya anggap kredibel. Pada awalnya saya sebenarnya belum ada niat untuk membaca atau membeli buku-buku tersebut. Namun, kejadian-kejadian di sekitar saya sepertinya mengarahkan saya untuk membaca buku-buku tersebut. Suatu waktu rekan kerja saya memesan buku secara online untuk sepupunya. Judul buku tersebut berjudul “Ada Apa Dengan Riba?” Karya ustadz Ammi Nur Baits. Entah kenapa buku itu hanya tersimpan selama seminggu di meja kerja rekan saya. Dus, saya memiliki banyak waktu untuk membacanya dan semakin saya membacanya semakin yakinlah saya untuk resign dari Bank X. Di waktu yang lain, rekan saya juga pernah meminta agar dicarikan toko online yang menjual buku “Harta Haram Muamalat Kontemporer” HHMK karena dia ingin membeli buku tersebut. Saya pikir tidak ada salahnya kalau saya juga membeli buku tersebut dan akhirnya saya memesan 2 buku. “Efek Samping” Bagi orang yang sudah membaca HHMK ini adalah insha Allah anda akan tergerak untuk resign baik anda sedang bekerja di Bank Konvensional maupun Bank Syariah. Kenapa? Karena disini syubhat-syubhat yang terjadi di Bank Syariah dibahas dengan sangat amat detail yang disertai dengan dalil-dalil yang sangat lengkap. Bahkan penulis buku ini Ustadz Erwandi Tarmizi tidak segan untuk mengkritisi fatwa yang dikeluarkan oleh MUI. Suatu waktu ustadz Erwandi Tarmizi dijadwalkan datang ke kota saya untuk agenda tabligh akbar. Disitu saya merasa bersemangat untuk datang untuk mempelajari masalah riba ini. Namun sesampainya saya di lokasi kajian, ternyata bukan saya satu-satunya pegawai Bank X yang datang kesana. Ketika saya berjalan di pelataran mesjid saya bertemu dengan salah seorang rekan yang berasal dari cabang lain yang lokasinya cukup jauh. Di tengah kajian saya juga baru sadar bahwa ternyata ada 3 orang rekan lainnya yang duduk di belakang saya. Bahkan ada dua orang pegawai wanita yang juga datang ke kajian tersebut. Otomatis ketika kami semua bertemu maka yang topik yang kami bicarakan adalah betapa bermasalahnya akad yang ada di kantor kami. Di situlah kemudian saya tahu kalau saya bukan satu-satunya pegawai Bank X yang merasakan kegelisahan ini. Sesaat sebelum kajian dimulai, panitia memberitahu kami untuk mengirim pertanyaan untuk ustadz via nomor Whatsapp panitia. Saya kemudian segera mengirim pertanyaan “Bagaimanakah hukum menggabungkan antara wakalah dan murabahah”?. Hal ini saya tanyakan karena menurut saya akad murabahah adalah “screening awal” untuk mengetahui apakah Bank Syariah di Indonesia sudah betul-betul syariah atau tidak karena sekali lagi “tulang punggung” pendapatan Bank syariah didasarkan pada akad ini. Alhamdulillah, di kajian itu saya sangat bahagia karena ternyata pertanyaan saya dijawab oleh ustadz. Pada intinya, ustadz mengatakan bahwa menggabungkan akad wakalah dan murabahah boleh saja jika semua rukun dan syarat akad wakalah dan murabahahnya sudah terpenuhi. Tetapi secara umum Bank Syariah tidak akan mau memenuhinya karena itu akan mengharuskan mereka menanggung resiko yang biasa ditanggung perusahaan dagang pada umumnya seperti adanya kemungkinan pembatalan pesanan oleh nasabah. Dengan kata lain, Bank Syariah sebenarnya tidak siap mental untuk melakukan akad jual beli barang karena selama ini mereka sudah terbiasa melakukan jual beli uang. Alhasil, akad yang tercatat di kontrak adalah murabaha tetapi pada hakikatnya ini adalah transaksi riba. Secara pribadi saya menganggap bahwa menganggap bahwa terjawabnya pertanyaan saya ini adalah salah satu tanda lainnya dari Allah. Saya beranggapan demikian karena sebenarnya bisa saja jawaban saya tidak terjawab mengingat begitu banyaknya orang yang hadir dan bertanya pada saat itu. Terus menerus memikirkan masalah ini membuat saya tidak tenang tidur di waktu malam. Saya tidak ingin memberi makan harta riba kepada diri dan apalagi keluarga saya. Ada kalanya saya sering terbangun tengah malam dari tidur karena gelisah. Enough is enough. Saatnya saya mencari pekerjaan lain. Part 5 Bold Sign “Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya.” QS. Ath Tholaq 2-3 Ketakutan akan hilangnya pekerjaan – dan penghasilan – tentu sering menghantui pikiran saya. Saya kemudian mulai membuka-buka situs lowongan kerja dan website perusahaan-perusahaan yang ingin saya lamar. Tapi entah kenapa rasanya tidak ada lowongan yang cukup menarik perhatian. Pun jika ada, sepertinya saya tidak memenuhi kualifikasi dari pekerjaan tersebut. Saya kemudian mengutarakan niat saya untuk resign kepada Ibu saya. Pada awalnya saya pikir bahwa saya akan kesulitan untuk menjelaskan kenapa saya mau keluar dari bank yang notabene sudah berlabel syariah. Allah kemudian memberikan saya kesempatan untuk berbicara empat mata ketika kami sedang makan di sebuah rumah makan. Kesempatan itu akhirnya saya gunakan untuk menjelaskan bahwa di dalam Bank X masih terdapat banyak pelanggaran syariah. Alhamdulillah, tanpa saya duga Ibu saya percaya dengan penjelasan saya tanpa banyak pertanyaan; Bahkan, Ibu semakin yakin ketika dosen di kampusnya juga memberitahu bahwa memang Bank Syariah masih bermasalah dari sisi kepatuhan syariah. Suatu hari istriku sedang membuka lowongan pekerjaan di sebuah website. Kebetulan saat itu dia juga sedang mencari pekerjaan. Entah kenapa saya juga jadi tertarik melihat pekerjaan itu. Setelah melihat daftar pekerjaan yang dibuka maka saya kemudian melamar di salah satu posisi yang tersedia. Namun ada satu masalah. Jikapun akhirnya saya diterima maka mereka akan membutuhkan ijazah di tiap tingkat pendidikan mulai dari SD hingga Universitas sebagai bagian dari verifikasi. Masalahnya adalah sejak setahun lalu, ijazah SD, SMP, dan SMA ku sudah hilang. Lagi-lagi Allah memberi petunjuk dan kemudahan. Suatu waktu saya dan istri berkunjung ke rumah ibu saya untuk silaturahmi. Atas dasar inisiatif istri, dia menyuruh saya untuk mencari ijazah-ijazah yang hilang. Alhamdulillah setelah mencari selama hampir setengah jam dan membongkar banyak lemari dan laci, akhirnya Allah memudahkan kami menemukan ijazah-ijazah tersebut yang tersimpan di sebuah folder dalam lemari pakaian. Masya Allah, setelah hilang selama 1 tahun akhirnya ketemu di saat-saat yang sangat genting. Singkat cerita, setelah lulus dalam seleksi berkas, panitia kemudian mengadakan tes di suatu Aula yang diadakan di hari kerja. Agar bisa menghadiri tes ini maka aku kemudian izin kepada bosku untuk mengurus “urusan pribadi”. Ketika mengerjakan tes saya sempat merasa putus asa karena ternyata soalnya begitu sulit. Tapi Alhamdulillah ketika nilai saya diumumkan, justru saya berhasil lulus dengan nilai yang cukup baik. Tantangan berikutnya adalah mengikuti psikotest dan wawancara. Otomatis saya harus cuti hari untuk menghadiri tes ini. Psikotest yang saya jalani cukup memusingkan karena soalnya begitu banyak sementara waktunya sangat terbatas. Wawancaranya sendiri tidak terlalu sulit, tapi ada momen dimana pewawancara menanyakan apa alasan saya mau meninggalkan pekerjaan saya di Bank X. Saya jawab saja kalau saya ingin menghindari riba. Setelah menyelesaikan semua tahapan itu kini saya harus menunggu sampai hari pengumuman tiba. Tibalah hari H Pengumuman. Di hari itu hampir tiap jam saya mengecek website pengumuman di handphone saya. Tapi sama sekali tidak ada postingan yang mereke upload. Hari berikutnya pun berlangsung seperti itu. Barulah sekitar 5 hari dari jadwal yang ditentukan kami bisa melihat pengumuman tersebut. ALHAMDULILLAHI RABBIL ALAMIN. Ternyata saya lulus sebagai peringkat pertama. Bagi saya, Insha Allah ini adalah tanda yang sangat gamblang dan jelas dari Allah bahwa saya memang harus segera mengundurkan diri. Part 6 Burn the Candle, Not Yourself Setelah saya mengajukan surat resign kepada boss saya, maka kabar bahwa saya akan mengundurkan diri berikut alasannya tersebar luas di kantor. Banyak yang berharap mereka juga bisa segera hijrah untuk menghindari riba. Terkadang niat mereka sudah besar namun yang menjadi kekhawatiran mereka biasanya terkait dengan dua hal yaitu ketakutan kehilangan pekerjaan dan masih adanya kewajiban angsuran/cicilan yang belum lunas. Sayangnya saya tidak bisa memberi saran apa-apa selain berdoa agar semua orang baik ini bisa memberanikan diri untuk segara berhijrah di jalan Allah. Sebenarnya saya sangat cinta dengan Ekonomi Syariah. Saya sangat berharap agar riba bisa hilang dari muka bumi ini. Tetapi saya sangat tidak suka dengan ketidakpatuhan Bank X dalam menjalankan prinsip syariah. Dari keputusan yang saya ambil ini, sangatlah wajar jika ada yang menganggap saya lari dari perjuangan Bank Syariah. Tapi sebagai seorang tentara, anda juga harus tahu perang apa yang anda hadapi. Jangan sampai anda mati sia-sia untuk suatu hal yang tidak layak untuk diperjuangkan sejak awal. Andaikata saya melihat ada niat dari Bank X untuk meluruskan akad murabahah mereka, maka mungkin saya akan percaya bahwa “kita memang sedang menuju kesana”. Saya berprasangka baik kepada para founding fathers Bank Syariah. Tapi melihat kenyataan Bank Syariah sekarang ini, mungkin mereka pun akan miris dengan situasi yang ada. Kita tentu ingin MENYALAKAN LILIN dan bukan sekedar mengutuk gelap, tapi kita juga tidak ingin MENJADI LILIN yang membakar diri sendiri demi menyelamatkan orang lain. Insha Allah ada banyak cara untuk membangun ekonomi dan keuangan syariah. Tetapi Insha Allah, saya cukup yakin bahwa membuat produk yang setengah halal, lalu melabelinya dengan kata Syariah, lalu menjualnya kepada masyarakat dengan mengatakan bahwa ini adalah 100% syariah, bukanlah jalan menuju kesana.. Wallahu a’lamu bish shawab. KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI +62813 26 3333 28dibentukoleh Ustadz Dr. Erwandi Tarmizi, MA untuk memfasilitasi Pendanaan kepada pelaku wirausaha (UMKM/UKM) berdasarkan Al Quran dan Al Hadits pemahaman para Sahabat, melalui metode layan urun efek (securities crowdfunding). PT LBS Urun Dana adalah anak perusahaan dari PT Lajnah Bisnis Syariah yang berdiri sejak 2018.
- Kelebihan Bank Jago Syariah dapat menjadi pilihan untuk Anda yang sedang mencari aplikasi perbankan syariah. Sebenarnya perusahaan keuangan ini telah ada dari tahun 1992. Namun kembali populer dan dikenal oleh banyak orang sejak tahun satu alasan yang membuatnya kembali populer adalah karena kepemilikan 20% saham oleh Gojek. Pada tahun 2021, perusahaan ini meluncurkan aplikasi digital Jago Syariah. Peluncuran tersebut merupakan salah satu komitmen perusahaan guna meningkatkan layanan Perbankan Jago SyariahKelebihan Bank Jago Syariah adalah prinsip syariah yang digunakan. Semua kantong jago Syariah saat ini telah memakai prinsip Wadi’ah. Kedepannya direncanakan perusahaan keuangan Islam ini akan menyediakan kantong dengan pilihan prinsip wadi'ah merupakan prinsip yang berlandaskan akad wadiah yad dhamanah. Akad ini digunakan kepada produk tabungan dan bersifat titipan. Maksudnya adalah saat Anda menabung uang di bank, Anda hanya menitipkan uang kepada pihak uang tersebut dipegang oleh pihak bank, pihak bank akan mengelola uang tersebut dengan prinsip syariat Islam. Nantinya pihak Jago tidak akan menjanjikan adanya imbalan. Namun Anda dapat mengambil uang tersebut kapanpun yang anda inginkan. Selain itu kelebihan Bank Jago Syariah adalah saat akan membuat akun Jago Syariah melalui aplikasi, maka akan terjadi proses ijab dan qobul. Proses ini akan dilakukan secara digital antara Anda dengan pihak bank. Fitur dan Kelebihan Bank Jago SyariahPeluncuran aplikasi Jago Syariah diharapkan dapat membantu peran positif memacu pertumbuhan ekonomi dan industri keuangan berbasis syariat Islam. Selain itu peluncuran ini juga untuk meningkatkan kontribusi perbankan syariah terhadap perbankan ini juga memiliki beberapa fitur dan kelebihan Bank Jago Syariah. Fitur-fitur yang disediakan cukup lengkap serta menarik dan tidak jauh berbeda dari Jago Konvensional. Pengguna dapat memanfaatkan berbagai pilihan fitur tersedia agar menikmati seluruh layanan keuangan yang Fitur Kirim dan BayarSama seperti konvensional, pada Jago jenis ini juga terdapat fitur kirim dan bayar. Fitur ini dipakai saat akan melakukan proses transfer dana dan juga melakukan pembayaran tagihan. Anda juga dapat melakukan transaksi dengan sesama bank atau ke rekening bank lain. Selain itu Anda juga dapat membeli dan membayar tagihan seperti tagihan listrik dan pulsa. Akun Anda juga memiliki kemampuan untuk terintegrasi dengan ekosistem digital lain seperti Gojek, Gopay dan Bibit. 2. Fitur KantongTerdapat juga fitur kantong. Kelebihan bank Jago Syariah dari fitur kantong ini adalah dapat digunakan untuk menabung uang, menentukan target menabung serta menumbuhkan tabungan secara otomatis secara auto save. Selain kantong menabung, terdapat pula kantong bayar. Fitur ini dapat Anda gunakan sebagai sumber dana untuk membayar segala jenis kebutuhan. Anda dapat melakukan kolaborasi keuangan bersama orang-orang terdekat di dalam fitur kantong bersama. Tentu saja karena berbasis Syariat Islam, semua kantong dan transaksi akan menggunakan prinsip Fitur RencanakanSelain fitur kantong, kelebihan Bank Jago Syariah terletak pada fitur rencanakan. Fitur ini berfungsi untuk menjadwalkan transaksi berulang dan analisis pengeluaran yang perlu rincian pengeluaran. Hal ini tentu akan sangat membantu anda dalam membuat keputusan keuangan agar lebih baik fitur yang tidak dapat anda gunakan ketika memiliki akun Jago ini adalah kantong terkunci. Karena fitur ini akan menawarkan bunga yang lebih tinggi saat Anda mengunci uang selama periode tertentu. 4. Tanpa Biaya AdminKelebihan Bank Jago Syariah adalah tidak adanya biaya administrasi. Nasabah yang akan menggunakan aplikasi perbankannya, tidak akan dipungut biaya administrasi. Karena layanan ini telah menggunakan prinsip-prinsip Syariat Islam sesuai dengan kaidah yang Bank Jago Syariah akan memberikan pengalaman baru bagi nasabah. Selain itu aplikasi ini juga diharapkan akan mengakselerasikan inklusi dan literasi keuangan bagi masyarakat yang memiliki pemahaman literasi keuangan syariah Akun Rekening Jago SyariahSaat membuat akun Jago Syariah, Anda bisa memilih langsung opsi Jago Syariah bagi pengguna baru. Setelah itu Anda hanya perlu mengikuti langkah-langkah yang tersedia di aplikasi. Saat Anda memutuskan untuk berpindah akun maka tidak bisa kembali ke akun berpindah akun, nomor rekening yang ada pada setiap kantong otomatis akan berubah. Karena nomor rekening yang tersedia adalah nomor rekening baru, maka Anda harus mengulang kembali mengingatkan keluarga dan teman-teman tentang nomor rekening tersebut. Aplikasi pengelola keuangan Jago Syariah merupakan salah satu aplikasi yang menawarkan fitur-fitur menarik. Selain fitur-fitur tersebut, aplikasi ini juga menawarkan kelebihan bank Jago Syariah yang setiap proses transaksinya berdasarkan kaidah Syariat Islam.
BandaAceh: Deputi Gubernur Bank Indonesia Dody Budi Waluyo menegaskan bahwa diperlukan inovasi dan kreativitas dalam mengembangkan perekonomian syariah. Jika belum mampu melakukannya maka tidak
MENCARI SOLUSI BANK SYARIAHOlehUstadz Muhammad Arifin Badri MASegala puji hanya milik Allah Ta’ala, Dzat yang telah melimpahkan berbagai kenikmatan kepada kita. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam , keluarga, dan seluruh sahabatnya. Islam –segala puji hanya milik Allah– bersifat universal, mencakup segala urusan, baik yang berkaitan dengan masalah ibadah maupun muamalah, sehingga syariat Islam benar-benar seperti difirmankan Allah Subhanahu wa Ta’alaاَلْيَوْمَ اَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَاَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِيْ وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْاِسْلَامَ دِيْنًاۗPada hari ini, telah Aku sempurnakan untukmu agama mu, dan telah aku cukupkan atasmu kenikmatan-Ku, dan Aku ridha Islam menjadi agamamu”. [al-Mâ`idah/53]Al-hamdulillah, fakta ilahi ini mulai disadari kembali oleh umat Islam, sehingga kini, kita mulai mendengar berbagai seruan untuk menerapkan syariat ilahi ini dalam segala aspek kehidupan. Termasuk wujud dari kesadaran ini, yakni berdirinya berbagai badan keuangan perbankan yang mengklaim dirinya berazaskan syariat. Fenomena ini patut mendapatkan perhatian, partisipasi dan dukungan dari kita, agar laju perkembangan dan langkahnya tetap lurus sebagaimana yang digariskan syariat Islam. Dan pada kesempatan ini, saya ingin sedikit berpartisipasi, yaitu dengan menyebutkan beberapa hal, yang menurut hemat saya perlu yang saya lakukan ini, mendapat tanggapan dan respon positif dari saudara-saudara kita yang berkepentingan dalam masalah Pertama Peranan Ganda Perbankan syariat yang ada telah mengklaim bahwa mudharabah merupakan asas bagi berbagai transaksi yang dijalankannya, baik transaksi antara nasabah pemilik modal dengan perbankan, maupun transaksi antara pihak perbankan dengan nasabah pelaku usaha. Akan tetapi, pada penerapannya, saya mendapatkan suatu kejanggalan, yaitu peran status ganda perbankan yang saling menjelaskan permasalahan ini, cermatilah skema 1. Skema Peran Perbankan SyariahBank berperan sebagai pelaku usaha, yaitu ketika berhubungan dengan nasabah sebagai pemilik modal. Namun dalam sekejap status ini berubah, yaitu bank berperan sebagai pemodal ketika pihak perbankan berhadapan dengan pelaku usaha yang membutuhkan dana untuk mengembangkan ganda yang diperankan perbankan ini membuktikan bahwa akad yang sebenarnya dijalankan oleh perbankan selama ini adalah akad utang piutang, dan bukan akad mudharabah. Yang demikian itu, karena, bila ia berperan sebagai pelaku usaha, maka status dana yang ada padanya adalah amanah yang harus dijaga sebagaimana layaknya menjaga amanah lainnya. Dan yang dimaksud dengan amanah dari pemodal, ialah mengelola dana tersebut dalam usaha nyata yang akan mendatangkan hasil keuntungan, sehingga bank, tidak semestinya menyalurkan modal yang ia terima dari nasabah pemodal ke pengusaha lain dengan akad mudharabah. Sehingga, bila ia berperan sebagai pemodal, maka ini mendustakan kenyataan yang sebenarnya, yaitu sebagian besar dana yang dikelola adalah milik an-Nawawi berkata, “Hukum kedua tidak dibenarkan bagi pelaku usaha mudharib untuk menyalurkan modal yang ia terima kepada pihak ke tiga dengan perjanjian mudharabah. Bila ia melakukan hal itu atas seizin pemodal, sehingga ia keluar dari akad mudharabah pertama dan berubah status menjadi perwakilan bagi pemodal pada akad mudharabah kedua ini, maka itu dibenarkan. Akan tetapi ia tidak dibenarkan untuk mensyaratkan untuk dirinya sedikitpun dari keuntungan yang diperoleh. Bila ia tetap mensyaratkan hal itu, maka akad mudharabah kedua bathil”.[1]Ucapan senada juga diutarakan oleh Imam Ibnu Qudamah al-Hambali, ia berkata, “Tidak dibenarkan bagi pelaku usaha untuk menyalurkan modal yang ia terima kepada orang lain dalam bentuk mudharabah, demikian penegasan Imam Ahmad. . . . Pendapat ini adalah pendapat Imam Abu Hanifah, asy-Syafi’i dan aku tidak mengetahui ada ulama’ lain yang menyelisihinya”. [2]Dalam akad mudharabah, bila perbankan memerankan peranan ganda semacam ini, atas seizin pemodal sedangkan ia tidak ikut serta dalam menjalankan usaha yang dilakukan oleh pelaku usaha kedua, maka bank tidak berhak mendapatkan bagian dari keuntungan, karena statusnya hanyalah sebagai perantara calo. Para ulama’ menjelaskan bahwa alasan hukum ini adalah karena hasil/ keuntungan dalam akad mudharabah hanyalah hak pemilik modal dan pelaku usaha, sedangkan pihak yang tidak memiliki modal, dan tidak ikut serta dalam pelaksanaan usaha, maka ia tidak berhak untuk mendapatkan bagian dari hasil.[3]Tinjauan Kedua Bank Tidak Memiliki Usaha keuangan yang menamakan dirinya sebagai perbankan syariah seakan tidak sepenuh hati dalam menerapkan sistem perekonomian Islam. Badan-badan tersebut berusaha untuk menghindari sunnatullah yang telah Allah Ta’ala tentukan dalam dunia usaha. Sunnatullah tersebut berupa pasangan sejoli yang tidak mungkin dipisahkan, yaitu untung dan rugi. Operator perbankan syariah senantiasa menghentikan langkah syariat pada tahap yang aman dan tidak karena itu, perbankan syariah yang ada –biasanya- tidak atau belum memiliki usaha nyata yang dapat menghasilkan keuntungan. Semua jenis produk perbankan yang mereka tawarkan hanyalah sebatas pembiayaan dan pendanaan. Dengan demikian, pada setiap unit usaha yang dikelola, peran perbankan hanya sebagai penyalur dana nasabah.[4]Sebagai contoh nyata dari produk perbankan yang ada ialah mudharabah. Operator perbankan tidak berperan sebagai pelaku usaha, akan tetapi sebagai penyalur dana nasabah. Hal ini mereka lakukan, karena takut dari berbagai resiko usaha, dan hanya ingin mendapatkan keuntungan. Bila demikian ini keadaannya, maka keuntungan yang diperoleh atau dipersyaratkan oleh perbankan kepada nasabah pelaksana usaha adalah haram, sebagaimana ditegaskan oleh para ulama, di antaranya sebagaimana yang ditegaskan oleh Imam an-Nawawi di Ketiga Bank Tidak Siap Menanggung kita menutup mata dari kedua hal di atas, maka masih ada masalah besar yang menghadang langkah perbankan syariah di negeri kita. Hal tersebut ialah, ketidaksiapan operator perbankan untuk ikut menanggung resiko mudharabah yang mereka jalin dengan para pelaku usaha. Bila pelaku usaha mengalami kerugian, walaupun tanpa disengaja, niscaya kita dapatkan perbankan segera ambil langkah seribu dengan cara meminta kembali modal yang telah ia kucurkan dengan utuh. Hal ini menjadi indikasi bahwa akad antara perbankan dengan nasabah pelaku usaha bukanlah mudharabah, akan tetapi hutang-piutang yang berbunga alias ulama’ dari berbagai mazhab telah menegaskan bahwa pemilik modal tidak dibenarkan untuk mensyaratkan agar pelaku usaha memberikan jaminan seluruh atau sebagian modalnya. Sehingga apa yang diterapkan pada perbankan syari’ah, yaitu mewajibkan atas pelaku usaha untuk mengembalikan seluruh modal dengan utuh bila terjadi kerugian usaha adalah persyaratan yang batil.[5] Dan dalam ilmu fiqih, bila pada suatu akad terdapat persyaratan yang batil, maka solusinya ada adalah satu dari dua hal berikutAkad beserta persyaratan tersebut tidak sah, sehingga masing-masing pihak terkait harus mengembalikan seluruh hak-hak lawan dapat diteruskan, akan tetapi dengan meninggalkan persyaratan contoh misalnya Bank Syariah Yogyakarta mengucurkan modal kepada Pak Ahmad –misalnya- sebesar Rp. dengan perjanjian bagi hasil 60% banding 40%. Setelah usaha berjalan dan telah jatuh tempo, Pak Ahmad mengalami kecurian, atau gudangnya terbakar atau yang serupa, sehingga modal yang ia terima dari bank hanya tersisa Rp. Dalam keadaan semacam ini, Bank Syariah Yogyakarta akan tetap meminta agar Pak Ahmad mengembalikan modalnya utuh, yaitu Rp. operator perbankan syariat akan berdalih, bahwa dalam dunia usaha, uang kembali seperti semula tanpa ada keuntungan adalah kerugian. Dengan demikian perbankan telah ikut serta menanggung kerugian yang terjadi. Maka kita katakan Alasan serupa juga dapat diutarakan oleh pelaksana usaha dalam dunia usaha, seseorang bekerja tanpa mendapatkan hasil sedikit pun adalah kerugian. Andai ia bekerja pada suatu perusahaan, niscaya ia akan mendapatkan gaji yang telah disepakati, walau perusahaan sedang merugi. Bahkan dalam akad mudharabah dengan perbankan syariat, pelaku usaha merugi dua kali, yaitu Pertama, ia telah bekerja banting tulang, peras keringat, dan pada akhirnya tidak mendapatkan hasil sedikitpun. Kedua, ia masih juga harus menutup kekurangan yang terjadi pada modal yang pernah ia terima dari lain dari produk perbankan syariat ialah bai’ al-Murabahah. Bentuknya kurang lebih demikian; bila ada seseorang yang ingin memiliki motor, ia dapat mengajukan permohonan ke salah satu perbankan syariah agar Bank tersebut membelikannya. Selanjutnya pihak bank akan mengkaji kelayakan calon nasabahnya ini. Bila permintaannya diterima, maka bank akan segera mengadakan barang yang dimaksud dan segera menyerahkannya kepada pemesan, dengan ketentuan yang sebelumnya telah disepakati.[6]Sekilas akad ini tidak bermasalah, akan tetapi bila kita cermati lebih seksama, maka akan nampak dengan jelas bahwa pihak bank berusaha untuk menutup segala risiko. Oleh karenanya, sebelum bank mengadakan barang yang dimaksud, bank telah membuat kesepakatan jual-beli dengan segala ketentuannya dengan nasabah. Dengan demikian, bank telah menjual barang yang belum ia miliki, dan itu adalah ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنِ ابْتَاعَ طَعَامًا فَلاَ يَبِعْهُ حَتَّى يَقْبِضَهُ قَالَ ابْنُ عَبَّاسٍ وَأَحْسِبُ كُلَّ شَيْءٍ بِمَنْزِلَةِ الطَّعَامِ. Dari sahabat Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma ia menuturkan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda “Barang siapa yang membeli bahan makanan, maka janganlah ia menjualnya kembali hingga ia selesai menerimanya” Ibnu Abbas berkata Dan saya berpendapat bahwa segala sesuatu hukumnya seperti bahan makanan. Muttafaqun alaih.Pemahaman Ibnu Abbas ini didukung oleh riwayat Zaid bin Tsabit Radhiyallahu anhu, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits berikutعَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ ابْتَعْتُ زَيْتًا فِي السُّوقِ فَلَمَّا اسْتَوْجَبْتُهُ لِنَفْسِي لَقِيَنِي رَجُلٌ فَأَعْطَانِي بِهِ رِبْحًا حَسَنًا فَأَرَدْتُ أَنْ أَضْرِبَ عَلَى يَدِهِ فَأَخَذَ رَجُلٌ مِنْ خَلْفِي بِذِرَاعِي فَالْتَفَتُّ فَإِذَا زَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ فَقَالَ لَا تَبِعْهُ حَيْثُ ابْتَعْتَهُ حَتَّى تَحُوزَهُ إِلَى رَحْلِكَ فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ تُبَاعَ السِّلَعُ حَيْثُ تُبْتَاعُ حَتَّى يَحُوزَهَا التُّجَّارُ إِلَى رِحَالِهِمْ رواه أبو داود والحاكم Dari sahabat Ibnu Umar, ia mengisahkan “Pada suatu saat saya membeli minyak di pasar, dan ketika saya telah selesai membelinya, ada seorang lelaki yang menemuiku dan menawar minyak tersebut, kemudian ia memberiku keuntungan yang cukup banyak, maka akupun hendak menyalami tangannya guna menerima tawaran dari orang tersebut. Tiba-tiba, ada seseorang dari belakangku yang memegang lenganku. Maka aku pun menoleh, dan ternyata ia adalah Zaid bin Tsabit, kemudian ia berkata Janganlah engkau menjual minyak itu di tempat engkau membelinya, hingga engkau pindahkan ke tempatmu, karena Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam melarang dari menjual kembali barang di tempat barang tersebut dibeli, hingga barang tersebut dipindahkan oleh para pedagang ke tempat mereka masing-masing’.” [HR Abu Dawud dan al-Hakim].[7]Para ulama menyebutkan hikmah dari larangan ini, di antaranya ialah karena barang yang belum diterimakan kepada pembeli bisa saja batal, karena suatu sebab, misalnya barang tersebut hancur terbakar, atau rusak terkena air dan lain-lain, sehingga ketika ia telah menjualnya kembali ia tidak dapat menyerahkannya kepada pembeli kedua kedua, seperti yang dinyatakan oleh Ibnu Abbas t ketika muridnya, yaitu Thawus mempertanyakan sebab larangan iniقُلْتُ لِابْنِ عَبَّاسٍ كَيْفَ ذَاكَ قَالَ ذَاكَ دَرَاهِمُ بِدَرَاهِمَ وَالطَّعَامُ مُرْجَأٌ Saya bertanya kepada Ibnu Abbas “Bagaimana kok demikian?” Ia menjawab “Itu, karena sebenarnya yang terjadi adalah menjual dirham dengan dirham, sedangkan bahan makanannya ditunda”. [8]Ibnu Hajar menjelaskan perkataan Ibnu Abbas di atas sebagaimana berikut “Bila seseorang membeli bahan makanan seharga 100 dinar –misalnya- dan ia telah membayarkan uang tersebut kepada penjual, sedangkan ia belum menerima bahan makanan yang ia beli, kemudian ia menjualnya kembali kepada orang lain seharga 120 dinar dan ia langsung menerima uang pembayaran tersebut, padahal bahan makanan masih tetap berada di penjual pertama, maka seakan-akan orang ini telah menjual/menukar uang 100 dinar dengan harga 120 dinar. Dan berdasarkan penafsiran ini, maka larangan ini tidak hanya berlaku pada bahan makanan saja”.[9]Tinjauan Keempat Semua Nasabah Mendapatkan Bagi syariah mencampuradukkan seluruh dana yang masuk kepadanya. Sehingga tidak dapat diketahui nasabah yang dananya telah disalurkan dari nasabah yang dananya masih beku di bank. Walau demikian, pada setiap akhir bulan, seluruh nasabah mendapatkan bagian dari hasil/ ini menjadi masalah besar dalam metode mudharabah yang benar-benar Islami. Sebab yang menjadi pertimbangan dalam membagikan keuntungan kepada nasabah adalah keuntungan yang diperoleh dari masing-masing dana nasabah. Sehingga nasabah yang dananya belum disalurkan, tidak berhak untuk mendapatkan bagian dari hasil. Sebab keuntungan yang diperoleh adalah hasil dari pengelolaan modal nasabah selain mereka. Pembagian hasil kepada nasabah yang dananya belum tersalurkan jelas-jelas merugikan nasabah yang dananya telah fakta perbankan syariah yang ada di negeri kita. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila perbankan syariah dihantui oleh over likuiditas. Yaitu suatu keadaan dimana bank kebanjiran dana masyarakat/nasabah, sehingga tidak mampu menyalurkan seluruh dana yang terkumpul dari nasabahnya. Keadaan ini memaksa perbankan syariat untuk menyimpan dana yang tidak tersalurkan tersebut di Bank Indonesia BI dalam bentuk Sertifikat Wadi`ah. Sebagai contoh, pada periode Januari 2004 dilaporkan, perbankan syariat berhasil mengumpulkan dana dari nasabah sebesar 6,62 triliun rupiah, akan tetapi, dana yang berhasil mereka gulirkan hanya 5,86 triliun rupiah.[10]Tinjauan Kelima Metode Bagi Hasil yang kita datang ke salah satu kantor perbankan syariah yang terdekat dengan rumah kita, niscaya kita akan mendapatkan suatu brosur yang menjelaskan tentang metode pembagian hasil. Untuk dapat memahami metode pembagian hasil tersebut bukanlah suatu hal yang mudah, terlebih-lebih bagi yang taraf pendidikannya adalah metode bagi hasil yang diterapkan oleh salah satu perbankan syariah di IndonesiaBagi hasil nasabah = dana/saldo nasabah x E x Rasio/nisbah nasabah 1000 100E = pendapatan rata-rata investasi dari setiap 1000 rupiah dari dana dilihat dengan jelas,bahwa salah satu pengali dalam perhitungan hasil pada skema di atas adalah total modal dana nasabah. Adapun dalam akad mudharabah, maka yang dihitung adalah keuntungan atau hasilnya, oleh karenanya akad ini dinamakan bagi Nawawi al-Bantaani berkata, “Rukun mudharabah kelima adalah keuntungan. Rukun ini memiliki beberapa persyaratan, di antaranya, keuntungan hanya milik pemodal dan pelaku usaha. Hendaknya mereka berdua sama-sama memilikinya, dan hendaknya bagian masing-masing dari mereka ditentukan dalam prosentase.” [11]Inilah yang menjadikan metode penghitungan hasil dalam mudharabah yang benar-benar syar’i sangat simpel, dan mudah dipahami. Berikut skema pembagian hasil dalam akad mudharabahBagi hasil nasabah = keuntungan bersih x nisbah nasabah x nisbah modal nasabah dari total uang yang dikelola oleh antara dua metode di atas dapat dipahami dengan jelas melalui contoh Ahmad menginvestasikan modal sebesar Rp. dengan perjanjian 50 % untuk pemodal dan 50 % untuk pelaku usaha bank, dan total uang yang dikelola oleh bank sejumlah 10 miliar. Dengan demikian, modal Pak Ahmad adalah 1 % dari keseluruhan dana yang dikelola oleh akhir bulan, bank berhasil membukukan laba bersih sebesar 1 miliar. Operator bank -setelah melalui perhitungan yang berbelit-belit pula- menentukan bahwa pendapatan investasi dari setiap Rp. adalah Rp 11, kita menggunakan metode perbankan syariat, maka hasilnya adalah sebagai berikut x 11,61 x 50 = Rp. 1000 100Dengan metode ini, Pak Ahmad hanya mendapatkan bagi hasil sebesar Rp bila kita menggunakan metode mudharabah yang sebenarnya, maka hasilnya sebagai berikut x 50 x 1 = 100 100Dengan metode penghitungan hasil mudharabah yang sebenarnya, Pak Ahmad berhak mendapatkan bagi hasil sebesar Rp Metode pembagian yang diterapkan oleh bank berbelit-belit dan merugikan lebih rumit lagi adalah metode bank dalam menentukan pendapatan rata-rata investasi dari setiap 1000 rupiah. Berikut salah satu contoh dari metode yang diterapkan oleh salah satu perbankan syariat di IndonesiaE = total dana nasabah – Giro Wajib Minimum x Total pendapatan x 1000 Total Investasi Total dana nasabahMetode perhitungan bagi hasil yang berbelit-belit ini, membuktikan bahwa perbankan syariat yang ada tidak menerapkan metode mudharabah yang sebenarnya. Dari sedikit pemaparan di atas, kita dapat simpulkan bahwa perbankan syariat yang ada hanyalah sekedar nama besar tanpa ada hakikatnya. Bahkan yang terjadi sebenarnya hanyalah upaya mempermainkan istilah-istilah syari’ PERBANKANUntuk menyiasati beberapa kritik di atas, maka berikut beberapa usulan yang mungkin dapat diterapkan oleh perbankan yang benar-benar ingin menerapkan sistem perbankan yang Pemilahan Nasabah Berdasarkan Tujuan global, kita dapat mengelompokkan nasabah yang menyimpan dananya di bank menjadi dua kelompok besar. Kelompok pertama, nasabah yang semata-mata bertujuan untuk mengamankan hartanya. Kelompok kedua, nasabah yang bertujuan mencari keuntungan dengan menginvestasikan dananya melalui jalur perbankan yang kelompok nasabah ini memiliki hak dan kewajiban yang berbeda-beda, sebagaimana yang telah dijabarkan di atas. Berdasarkan pemilahan ini pula, pihak operator perbankan dapat menentukan hak dan kewajibannya terhadap masing-masing kelompok. Dana yang berhasil dikumpulkan oleh bank dari nasabah jenis pertama dapat dimanfaatkan dalam membiayai berbagai usaha yang menguntungkan, dan sepenuhnya keuntungan yang diperoleh menjadi milik bank. Dari hasil investasi dengan dana nasabah jenis pertama ini, bank dapat membiayai operasionalnya. Bahkan tidak menutup kemungkinan, bahwa bank akan mendapat keuntungan yang surplus bila dibanding dana antara keuntungan pemilahan ini, perbankan akan terhindar dari over likuidasi, karena bank tidak akan pernah menerima dana investasi, melainkan setelah membuka peluang usaha yang benar-benar halal dan dibenarkan. Sebagaimana pihak perbankan tidak berkewajiban untuk memberikan keuntungan kepada nasabah, kecuali bila dananya benar-benar telah disalurkan dan menghasilkan keuntungan. Dengan cara ini pula, prinsip mudharabah benar-benar akan dapat diterapkan, sehingga penghitungan hasil akan dapat ditempuh dengan metode yang simpel dan transparan, yaitu dengan mengalikan jumlah keuntungan yang berhasil dibukukan dengan nisbah masing-masing Perbankan Terjun Langsung ke Sektor telah diketahui bersama, bahwa untuk menjalankan operasional, suatu bank pasti membutuhkan dana yang tidak sedikit. Oleh karena itu, agar bank terkait dapat memenuhi kebutuhannya ini, ia harus memiliki berbagai unit usaha nyata yang dapat menghasilkan keuntungan. Tidak sepantasnya perbankan hanya mencukupkan diri dengan menjadi pihak penyalur dana semata, tanpa terjun langsung dalam usaha nyata. Dengan demikian, keuntungan yang didapatkan oleh bank benar-benar keuntungan yang halal dan bukan hasil menghutangkan dana kepada pihak ketiga. Selama perbankan tidak terjun langsung dalam dunia usaha nyata dan hanya mencukupkan dirinya sebagai penyalur dana nasabah, maka riba tidak akan pernah dapat cara ini, keberadaan perbankan syariah akan benar-benar menghidupkan perekonomian umat Islam. Karena dengan cara ini, perbankan pasti membuka lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Sebagaimana perbankan Islami akan menjadi produsen sekaligus konsumen bagi produk-produk yang beredar di konsekuensi dari hal ini, tentu kedua belah pihak yaitu nasabah yang menginvestasikan dananya ke proyek-proyek perbankan dan juga pihak operator bank siap untuk menanggung segala risiko dunia usaha. Pemodal menanggung kerugian dalam bentuk materi, dan pelaku usaha menanggung kerugian Perbankan Menerapkan MudharabahPada saat sekarang ini, amanah dan kepercayaan susah untuk didapatkan, bahkan yang sering terjadi di masyarakat kita ialah sebaliknya; pengkhianatan dan kedustaan. Oleh karena itu, sangat sulit bagi kita, terlebih lagi bagi suatu badan usaha untuk menerapkan sistem mudharabah dengan sepenuhnya. Untuk mensiasati keadaan yang memilukan ini, saya mengusulkan agar perbankan syari’at yang ada menerapkan mudharabah sepihak. Yang saya maksud dengan mudharabah sepihak ialah, perbankan menerima modal dari masyarakat untuk menjalankan berbagai unit usaha yang ia kelola, akan tetapi perbankan tidak menyalurkan modalnya ke masyarakat dengan skema mudharabah. Dengan cara ini, dana nasabah yang disalurkan ke perbankan syari’ah dapat dipertanggungjawabkan dengan jelas, dan perbankan terhindar dari berbagai kejahatan pihak-pihak yang tidak memiliki amanah dan rasa takut kepada Allah Ta’ akhirnya, apa yang kami paparkan di atas adalah semata-mata sebatas ilmu yang kami miliki. Sehingga bila didapatkan kebenaran, maka itu adalah murni berasal dari taufik dan inayah Allah Ta’ala. Sebaliknya, bila terdapat kesalahan, maka itu bersumber dari setan dan kebodohan kita mendapatkan taufiq dari Allah Subhanahu wa Ta’ala , sehingga dapat meninggalkan riba beserta seluruh piranti dan perangkapnya, dan dimudahkan untuk mendapatkan rizki yang a’lam bish-shawab.Penulis adalah Kandidat Doktor Fiqih, Fakultas Syariah Universitas Islam Madinah – Saudi Arabia[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 06-07/Tahun XII/1429H/2008M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]_______Footnote[1] Raudhah ath-Thalibin, Imam an-Nawawi 5/132. Silakan baca juga at-Tahzib, Imam al-Baghawi 4/392, Mughnil-Muhtâj, asy-Syarbini 2/314 dan Syarikatul-Mudharabah fil-Fiqhil-Islâmi, Dr. Sa’ad bin Gharir bin Mahdi as-Silmu hlm. 202.[2] Al-Mughni, Ibnu Qudamah al-Hambali, 7/156.[3] Lihat al-Aziz, ar-Rafi’i 6/27-28, Raudhah ath-Thalibin, Imam an-Nawawi 5/132, al-Mughni, Ibnu Qudamah 7/158, Mughnil-Muhtâj, asy-Syarbini 2/314 dan Syarikatul-Mudharabah fil-Fiqhil- Islâmi, Dr. Saad bin Gharir as-Silmy hlm. 202.[4] Metode ini membuat kita kesulitan untuk mendapatkan perbedaan yang berarti antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional. Dan mungkin inilah yang menjadikan negara-negara kafir pun ikut berlomba mendirikan perbankan syariah. Bahkan beberapa negara kafir tersebut –misalnya Singapura- telah memproklamirkan diri sebagai pusat perekonomian syariah perbankan syariah. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila Majalah Modal melansir pernyataan bapak Muhaimin Iskandar Wakil Ketua DPR RI “Tidak ada istilah ekonomi syariah dan ekonomi non syari’ah, karena itu hanya soal penamaan saja”. Lihat Majalah Modal, Edisi 18/II April 2004, hlm. 19.[5] Lihat al-Mughni, Ibnu Qudamah 7/145, al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah 38/64.[6] Bank Syariah, dari Teori ke Praktek, Muhammad Syafi’i Antonio, hlm. 171.[7] Walaupun pada sanadnya ada Muhammad bin Ishak, akan tetapi ia telah menyatakan dengan tegas bahwa ia mendengar langsung hadits ini dari gurunya, sebagaimana hal ini dinyatakan dalam kitab at-Tahqîq. Lihat Nasbu ar-Rayah 4/43 dan at-Tahqîq 2/181.[8] Riwayat Bukhari dan Muslim.[9] Fat-hul-Bâri, Ibnu Hajar al-Asqalani, 4/348-349.[10] Majalah Modal, Edisi 19/II-MEI 2004, hlm. 25.[11] Nihayatu az-Zain, Muhammad Nawawi al-Jawi, hlm. 254.
ErwandiTarmizi, Pada kajian di al-Azhar 18 Mei 2014, beliau manyatakan Ditulis oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com) *** Keempat: Dana yang terkumpul dari masyarakat dikembangkan oleh BPJS, baik dalam bentuk investasi maupun di simpan di Bank-bank Konvensional, yang secara tidak langsung juga mengambil
Diterbitkan pada - 31 Januari 2021 1000┏📜 🍃━━━━━━━━┓ 📣 ITTIBA Mengaji ┗━━━━━━━━📜 🍃┛Sahnya Jual Beli Secara Syar’i 📖 Syarah Kitab Fiqih Perbankan Syariah, Pengantar Fiqih Muamalah dan Aplikasinya dalam Ekonomi Modern karya Dr Yusuf Al Subaily 👤Ustadz Dr Erwandi Tarmizi MA 🗓️ 24 Oktober 2020 8 Rabi’ul Awwal 1442H🔘Rukun Bai’1. Pelaku transaksi penjual dan pembeli 2. Objek transaksi harga dan barang 3. Akad transaksi segala tindakan yang dilakukan kedua belah pihak yang menunjukkan mereka sedang melakukan transaksiTerdapat perbedaan mengenai rukun jualbeli dalam buku fiqih dan hadist dimana dalam hadist tidak terdapat rukun jualbeli, sedangkan dalam buku fiqih terdapat rukun dan adanya rukun dan syarat dalam buku fiqih adalah untuk memudahkan pemahaman dimana seluruh rukun dan syarat tersebut diambil dari hadist mengenai jualbeli.🔘Perbedaan rukun dan syaratRukun dan syarat jika tidak dilakukan maka menyebabkan sebuah ibadah tidak sah dan tidak rukun dan syarat dalam sholat⚫️Rukun– jika tidak melakukan rukun maka tidak sah solatnya. – contoh rukun solat berdiri, takbiratul ihram, membaca Al Fatihah, ruku, bangkit dari ruku disertai itidal, sujud, duduk antara dua sujud, dst – ketika rukun solat ada yang ditinggalkan dalam sebuah rakaat solah, maka rakaatnya batal dan wajib mengulang rakaat yang tidak sempurna tersebut baru kemudian di akhir melakukan sujud syahwi – Jika solat tidak sah, maka wajib melakukan solat kembali⚫️ Syarat – syarat bukan merupakan bagian dari solat – tapi jika syarat tidak dipenuhi, maka juga tidak sah solatnya – syarat harus ada dari awal hingga akhir ibadah dilakukanRukun dan syarat ini juga berlaku dalam jualbeli. – jika tidak melakukan rukun dalam jualbeli, maka tidak sah transaksinya. – jika barang/uang sudah diserahkan dengan transaksi yang tidak sah, maka barang/uangnya tidak halal🔘Bentuk AkadBentuk akad dibagi menjadi 21️⃣Dengan kata-kata yaitu dengan ijab kata-kata yang diucapakan terlebih dahulu dan qabul kata-kata yang diucapkan kemudian2️⃣Dengan perbuatanContoh Saat jual beli rumah dimana pembeli memberi cek seharga sekian tanpa mengucapkan kata-kata saya membeli. Kondisi ini menunjukkan pembeli bersedia membeli rumah tersebut.– Jika akad terjadi dengan tidak ada catatan/tulisan dan kata-kata, maka khilaf para ulama. – Mayoritas ulama mengatakan sah kecuali mahzab Syafi’i menyatakan tidak sah karena tidak adanya ijab qabul yang menyatakan ridho – Pada dasarnya jika diucapkan baik oleh penjual dan pembeli maka sudah pasti ridho. Namun, tidak ada dalil yang menyatakan keridhoan harus dengan kata-kata. Apabila perbuatan sudah menunjukkan hal tersebut maka pada dasarnya lain Vending machine dimana tidak ada kata-kata dalam melakukan pembelian. Pemilik vendong machine menyewa tempat dan selalu memeriksa stok dan uang. Kondisi ini sudah pasti pemilik melakukannya dengan tujuan ridho menjual. Sedangkan pembeli memilih barang di vending machine sesuai dengan keinginannya yang menunjukkan pembeli melakukannya dengan tujuan ridho membeli. Dengan demikian karena perbuatannya sudah jelas ridho, maka akad ini sah.– Jadi akad dengan perbuatan ini sah seperti halnya akad dengan kata-kata, kecuali akad nikah dimana wajib dilakukan dengan kata-kata.🔘Soal Jawab1️⃣ Soal Mengapa pada persyaratan ta’liq kiyah harus meminta persetujuan kepada orang lain? Apa karena barang yang dijual bukan milik penjual?✍️ JawabSyarat saya jual barang milik saya dengan syarat orang tertentu misal istri menjual barang yang bukan miliknya, maka hal ini tidak diperbolehkan. Kalau rukun yang dilanggar dimana objek jualbeli harus dimiliki, maka tidak sah saat Fulan mau menjual rumah miliknya, tetapi ketika akan dijual perlu minta izin pada istri, anak atau mertua yang ikut tinggal di rumah tersebut. Jika langsung dijual tanpa izin, maka akan membuat hidup dengan keluarga jadi tidak Soal Jika melakuan jual beli terpaksa kan tidak sah hukumnya, bagaimana dengan barang tersebut? Terpaksa karena perasaan tidak enak jika tidak membeli barang milik teman walaupun sebenarnya tidak butuh barang tersebut.✍️ Jawab Kondisi terpaksa adalah kondisi dimana berada di bawah tekanan yang membahayakan jiwa dan hartaJika beli karena kondisi kasihan atau tidak enakan bukan terpaksa jual beli muhabah mayoritas menyatakan sah dan tidak masuk dalam kategori terpaksaContoh mengenai kisah Ammar bin Yasir. – Ammar bin Yasir yang tuannya memaksanya kembali ke agama tuannya dengan siksaan yang kejam. Kemudian dia mengatakan kembali pada agama tuannya. Setelah itu Ammar bin Yasir menemui Rasul dan akhirnya turun firman Allah QS An-Nahl106– An-Nahl 106 مَن كَفَرَ بِٱللَّهِ مِنۢ بَعۡدِ إِيمَٰنِهِۦٓ إِلَّا مَنۡ أُكۡرِهَ وَقَلۡبُهُۥ مُطۡمَئِنُّۢ بِٱلۡإِيمَٰنِ وَلَٰكِن مَّن شَرَحَ بِٱلۡكُفۡرِ صَدۡرٗا فَعَلَيۡهِمۡ غَضَبٞ مِّنَ ٱللَّهِ وَلَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٞ Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman dia mendapat kemurkaan Allah, kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman dia tidak berdosa, akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.– Yang penting adalah hatinya tenang dengan permintaan dari pihak tertentu hanya bersifat ancaman, maka belum dianggap terpaksa. Namun, jika memang sudah dikenal kejam kemudian memberikan ancaman, maka bisa masuk kategori terpaksa dan boleh tetap tidak sah, baik uang yang diterima maupun barang yang diserahkan tidak sah. Misalkan harga pasar tanah 2jt/meter, kemudian dijual secara terpaksa daripada tidak ada uang yang diperoleh hanya 500rb/meter. Maka 500rb/meter tersebut halal dan sisanya tidak halal dan akan menjadi hutang pembeli yang akan dibayar di Soal Membeli pakaian ke reseller untuk dijual lagi. Jika sudah ada pesanan dari calon pembeli, baru kemudian memesan ke reseller dengan cash di depan dan langsung transfer. Reseller tersebut tidak memiliki barang dimanaApakah dengan pembayaran cash di depan ini artinya boleh melakukan penjualan ke calon pembeli? Dan apakah akadnya termasuk akad salam?✍️ Jawab Jika barangnya sudah ready stok, maka bisa dengan akad salam. Walaupun jika jaraknya pendek antara pembayaran dan serahterima barang, sebagian ulama menyatakan tidak Soal Membayar dengan lunas barang ready stok yang ada di marketplace yang dikirim 3 hari kemudian. Apakah termasuk bai’ salam.✍️ Jawab Uang diserahkan di majelis akad atau tidak?Pembeli tutup aplikasi masiJika pembeli dan penjual masih berada di majelis misal via chatting dan kemudian pembeli transfer uang, maka diperbolehkan. Akan tetapi jika berpisah misal pembeli tutup aplikasi dan ke atm untuk bayar, maka tidak sah syarat juga barang bukan dgn spek yang ditunjuk. Misal jualbeli baju dimana pembeli menunjuk 1 baju tertentu yang diinginkannya, maka ini bukan jual beli salam tapi jual beli beli ain boleh kalo barang sudah menjadi milik penjual5️⃣ Soal Apakah boleh menjual barang siap jual/ready stok yang belum dimiliiki dengan alasan akad salam? Contoh membeli beras 1ton dan penjual berjanji dapat dipenuhi dalam 3 hari. Sementara pada saat akad penjual tidak memiliki 1ton di tokonya tetapi hanya 100kg.✍️ JawabKalau uang diserahterimakan di majelis, maka bisa disebut akad salam. Tapi jika tidak diserahterimakan di majelis, maka termasuk jualbeli barang yang belum Soal Bagaimana hukum jual beli emas dengan vending machine? Pola transaksinya seperti umumnya vending machine yang memilih jenis emas yang diinginkan dan dibayar dengan kartu debit lalu keluar emasnya.✍️ Jawab Untuk barang yang harganya mahal, sebagian ulama menyatakan tidak barang yang harganya relatif murah/tidak mahal, maka sepakat para ulama memperbolehkan kecuali mahzab membeli emas, maka juga harus ada sertifikat karena kalo tidak harganya bisa turun. Jika membeli barang seperti minuman, maka Soal Berapa lama jarak waktu penyerahan barang hingga layak disebut akad salam?✍️ Jawab Terdapat khilaf para ulama.– Dalam mahzab Syafii setengah hari sehari boleh – Jumhur ulama tidak memperbolehkan setengah atau satu hari karena pada zama Rasul jaraknya 1, 2, 3 tahun untuk mendapatkan kurma pada musim panen berikutnya. Pembelian dengan akad salam dilakukan pada saat belum musim kurma/tidak ada dasarnya tidak boleh menjual barang yang tidak dimiliki, akan tetapi Rasul dibolehkan karena penjual dan pembeli mendapat keuntungan, yaitu – keuntungan penjual mendapat uang untuk modal – keuntungan pembeli mendapat harga lebih murahJika hikmahnya tidak ada, maka tidak tercapai tujuan akad salam dan kembali ke hukum asalnya yaitu tidak boleh menjual barang yang belum karena itu terdapat perbedaan pendapat antara jarak transaksi akad dengan serahterima barang. Ada yang mengatakan 1 thn, 6 bulan, 3 bulan, 2 bulan atau yang paling pendek 1 bulan untuk dapat dikatakan sebagai dasarnya dinamakan salam jika waktu antara akad dengan serah terima barang menyebabkan perubahan harga. Kondisi ini menunjukkan terdapat manfaat bagi kedua belah pihak. Jika hanya jarak sehari maka tidak ada perbedaan harga dan sebagian ulama tidak memperbolehkan sementara mahzab Syafii menyatakan Soal Berbisnis dengan orangtua dimana modal diberikan orangtua dan keuntungan dibagi 2 dan kerugian juga dibagi 2 penjual rugi dalam bentuk pengelolaan yang tidak menghasilkan dan pemodal rugi tidak mendapat keuntungan apapunMisal modal 5juta, kemudian setelah akad alat komunikasi rusak. Pengeluaran 3 juta untuk alat komunikasi dan 2 juta untuk barang. Karena waktu yang sudah lama berjalan, kemudian orangtua sebagai pemodal minta dikembalikan uang sebesar 5jt tersebut.✍️ Jawab Jika modal dari orangtua, kembalikan saja modalnya dan rugi menjadi tanggungan Soal Menjual kitab dan AlQuran dengan menerima order dari seorang pembeli dan kemudian penjual diminta langsung untuk mengirim kitab tersebut ke suatu tempat untuk diwakafkan. Dalam prosesnya, penjual meminta dari produsen/penerbit untuk kirim langsung ke pembeli.✍️ JawabJika akadnya jual beli, tidak boleh menjual jika belum memiliki dan menerima barang. Yang dapat diperbolehkan jika merubah akadnya sebagai perwakilan pembeli dan menerima ingin akad jual beli yang sah, maka penjual harus membeli dulu dari penerbit setelah mengetahui kebutuhan dari calon pembeli. Kemudian setelah terima barang dari produsen, baru kemudian menghubungi calon pembeli apakah jadi beli kitabnya atau tidak. Jika pembayaran dilakukan ketika barang sudah dalam kasus ini posisi penjual di Balikpapan, penerbit di Jakarta dan pembeli di Bandung, maka agar transaksinya sah, penjual dapat merubah akad sebagai wakil dari pembeli untuk kemudian melakukan jual beli dengan penerbit.🔟 Soal Melakukan kerjasama dengan travel umroh dan mendapat pembiayaan dari bank syariah. Mekanismenya jamaah melakukan umroh dengan dibiayai dulu oleh bank. Kemudian pembayaran dilakukan dengan dicicil selama 5 bulan. Dalam pembayaraan tidak ada denda keterlambatan dan pembiayaan ini juga dicover dengan asuransi syariah untuk menghindari ketidakmampuan membayar. Apakah hal ini diperbolehkan?✍️ JawabKalau tidak ada denda keterlambatan maka Soal Apakah masih dibolehkan melanjutkan akad sebagai reseller dengan distributor yang pada saat mendaftar jadi reseller mensyaratkan pembayar di awal, apakah berdosa?✍️ Jawab Transaksi untuk menjadi member ini haram, adapun jualbeli selanjutnya tidak Soal Penanya melakukan penjualan berdasarkan pesanan, ketika ada yang pesan baru kemudian dibeli. Contoh barangnya hp, laptop dll. Permasalahannya jika terdapat permintaan barang yang spesifikasinya sulit. Untuk barang jenis ini, biasa dilakukan dengan meminta orang lain untuk mencarikannya dan kemudian dikasi uang transport. Bagaimana hukumnya apakah dibolehkan?✍️ JawabYang diperbolehkan adalah dengan memberikan uang pada wakil untuk membelikan barang kondisi ini belum terjadi akad. Kemudian setelah barang dibeli oleh wakil, barang kemudian diserahkan ke penanya. Baru kemudian ditanyakan ke calon pembeli apakah jadi membeli barang atau tidak, jika tidak jadi maka itu menjadi resiko penanya.🔘PenutupMempelajari syariat Allah tidak cukup dengan berdasarkan logika. Kalau cukup dengan logika, maka Allah tidak akan mengutus hal-hal bisa dinalari sendiri ada yang berdasarkan syariat Allah. Rasulullah menjadi rahmat bagi kita semua dan akan menjadi rahmat bagi kita ketika kita mempelajarinya, adapun ketika kita berpaling atau tidak mau mengamalkannya maka akan menjadi dosa bagi kita di dunia dan akhirat. Post Views 146
DSNberkata,"Pendapat ulama yang menetapkan bahwa janji tidak wajib secara hukum yaitu pendapat Imam Syafii", kemudian dalam fatwa no 96 DSN beralasan dengan perkataan imam Syafii tentang bolehnya Hedging yang dibuat dengan janji di lembaga keuangan, padahal ketentuan yang berlaku dalam lembaga keuangan bahwa janji yang dibuat lembaga keuangan bersifat wajib dan mengikat berdasarkan fatwa DSN NO: 85 yang berbunyi, "Janji (wa'ad) dalam transaksi keuangan dan bisnis syariah adalah
Bank syariah mempunyai pandangan berbeda tentang teknik pengelolahan bank. Pada hakikatnya sama-sama institusi keuangan yang bekerja mengelolah dan menyeimbangkan keuangan di Indonesia. Akan tetapi tekniknya … Bank Syariah Terbaik untuk Anda yang Takut Riba Baca Selengkapnya »
BolehkahMengkreditkan Emas Seperti Pegadaian Dan Bank Syariah MP3 Song by Erwandi Tarmizi from the album Ceramah Singkat Ustadz Erwandi Tarmizi. Download Bolehkah Mengkreditkan Emas Seperti Pegadaian Dan Bank Syariah song on listen Bolehkah Mengkreditkan Emas Seperti Pegadaian Dan Bank Syariah song offline.
Event Details Date September 4, 2016 830 am – 1000 am Venue Masjid Mukhlisin D Crown Residence Tempat Masjid Baitul Mukhlisin Masuk dari D’Crown Residence, Jl. Kirai Blok S / Villa Cinere Mas, Jl. Matahari Raya Pemateri Ustadz Dr. Erwandi Tarmidzi, MA Tema Bank Syariah Dalam Pandangan Islam Waktu – Selesai PIC 081908818828
KedudukanSholat dalam Islam - Ustadz Jamaludin, Lc. - Kajian Muslimah BANK SYARIAH INDONESIA 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK Kode BSI: 451. RECOMMENDED VIDEOS. Tafsir Alquran Kajian Tafsir Al Quran: Tafsir Surat Al Buruj Ayat 2 - Ustadz Abdullah Zaen, Lc., MA. Yufid.TV-July 20, 2022. 0.
Murabahah, produk andalan bank syariah, ternyata menyimpan masalah besar, jika tidak boleh dikatakan sangat bermasalah. Melalui produk ini, bank syariah telah melanggar setidaknya tiga hadis. Artikel ini pernah diterbitkan oleh majalah cetak Pengusaha Muslim Indonesia, Edisi 25 Oleh Ustad Dr. Erwandi Tarmizi Murabahah, dalam istilah ulama fikih terdahulu, menjadi bagian jual-beli amanah. Pada salah satu bentuk jual-beli ini, penjual menyebut harga pokok barangnya dan mensyaratkan laba sejumlah tertentu kepada pembeli.[1] Di awal bank syariah berdiri, beberapa ekonom Muslim menawarkan produk murabahah yang telah dimodifikasi, dengan menambahkan janji antara pembeli dan penjual untuk bertransaksi jual-beli murabahah bila barang yang dipesan telah dibeli pihak bank. Nama jual-beli ini berubah menjadi murabahah lil aamir bisy-syiraa’. Berikut contoh murabahah lil aamir bisy-syiraa’. Sebuah rumah sakit membutuhkan alat-alat kesehatan. Ia datang ke bank syariah untuk mendapatkan pembiayaan. Bank syariah tidak memberikan uang. Tetapi berjanji akan membelikan alat-alat kesehatan. Pihak rumah sakit juga berjanji membeli barang itu. Bank syariah menjual barang itu ke pihak rumah sakit dengan akad murabahah. Harganya Rp 700 juta plus laba 30 persen. Jual-beli kredit ini harus dilunasi dua tahun, dengan delapan kali pembayaran. Alat-alat kesehatan itu kemudian diserahkan ke pihak rumah sakit. Murabahah merupakan urat nadi produk investasi perbankan syariah. Dr. Sulaiman Al Asyqar memperkirakan, pada dekade 1980-an, hampir 90 persen investasi perbankan syariah berbentuk pembiayaan murabahah. Namun dari sisi kemajuan ekonomi, produk ini ternyata tidak memberi adil berarti. Dalam Muktamar V di Kuwait, 1988, anggota Majma’ Al Fiqh Al Islami Divisi Fikih Organisasi Konferensi Islam/OKI merekomendasikan agar perbankan syariah mengurangi pembiayaan murabahah, dan beralih ke pembiayaan mudharabah dan musyarakah dengan membangun proyek-proyek industri yang dapat memajukan ekonomi. Hukum Murabahah Hukum murabahah dibolehkan bila terpenuhi syarat-syarat sah jual-beli. Sebagaimana diputuskan Lembaga Fatwa Kerajaan Arab Saudi No. 2020 “Apabila seseorang memohon ke pihak kedua agar pihak kedua membeli mobil dengan spesifikasi tertentu dan pihak pertama berjanji membelinya dari pihak kedua, maka bila mobil telah dibeli pihak kedua dan telah diterimanya boleh dijual kepada pihak pertama secara tunai atau kredit dengan laba yang disepakati bersama.”[2] Juga dibolehkan berdasarkan keputusan Muktamar V anggota Majma’ Al Fiqh Al Islami Divisi Fikih OKI di Kuwait, 1988 “Murabahah lil âmir bisysyiraa’ apabila dilangsungkan terhadap objek barang yang telah dimiliki sebelumnya oleh pihak bank dan telah diterima sesuai dengan ketentuan syariat, hukumnya dibolehkan selama tanggung-jawab barang sebelum diserahkan ke pihak nasabah ditanggung bank. Jika terdapat cacat pada barang juga menjadi tanggung jawab bank. Juga setelah terpenuhi seluruh persyaratan jual-beli dan tidak terdapat mawani’ faktor penghalang keabsahan sebuah akad.”[3] Praktek Murabahah di Bank Syariah Menurut Muhammad Abdus Shomad, SE, MM, mantan praktisi sebuah bank syariah ternama, di bank syariah, praktek pembiayaan murabahah di bank syariah da dua model. Berikut penjelasan dua moden itu beserta contohnya. Model 1 Seseorang ingin membeli rumah datang ke bank. “Saya ingin membeli rumah, misalnya, yang dijual si Fulan developer dengan harga Rp 100 juta,” katanya kepada bank. Setelah melalui proses analisa dan survai, pihak bank menulis akad jual-beli pihaknya dengan calon nasabahya itu. Setelah melalui perhitungan tertentu, pihak bank mengatakan, “Saya akan jual kepadamu rumah itu dengan harga Rp 150 juta untuk jangka lima tahun.” Pihak bank lalu memberikan uang ke calon nasabah itu sejumlah harga rumah, dengan mengatakan, “Silakan beli rumah itu.” Pihak bank tetap di kantornya, tidak mendatangi pemilik rumah. Tanggapan Pada praktek murabahah Model 1 terdapat dua kesalahan. Pertama, akad jual-beli murabahah langsung disepakati antara pihak bank syariah dan nasabah. Padahal rumah belum jadi milik bank. Bila transaksi ini terjadi, akad murabahahnya tidak sah dan hukum jual-belinya diharamkan berdasarkan sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Dari Hakim bin Hizam, ia berkata, “Wahai, Rasulullah, seseorang datang kepadaku untuk membeli suatu barang, kebetulan barang tersebut sedang tidak kumiliki, apakah boleh aku menjualnya kemudian aku membeli barang yang diinginkan dari pasar? Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menjawab,’Jangan engkau jual barang yang belum engkau miliki!’” HR. Abu Daud. Hadis ini disahihkan oleh Al-Albani. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidak halal menggabungkan antara akad pinjaman dan jual-beli, tidak halal dua persyaratan dalam satu jual-beli, tidak halal keuntungan barang yang tidak dalam jaminanmu dan tidak halal menjual barang yang bukan milikmu” HR. Abu Daud. Menurut Al-Albani, derajat hadis ini hasan shahih. Dalam kasus jual-beli rumah itu, bank syarih belum memilikinya, tapi telah menjualnya ke nasabah. Praktek ini dilarang Nabi Shallallahu alaihi wa sallam sebagaimana ditegaskan oleh hadis tersebut, karena termasuk menjual barang yang belum dimiliki bank. Panduan perbankan syariah yang disusun AAOIFI Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions, yang berpusat di Bahrain, ditegaskan, “Haram hukumnya pihak lembaga keuangan menjual barang dalam bentuk murabahah sebelum barang dimilikinya. Maka, tidak sah hukumnya kedua belah pihak menandatangani akad murabahah sebelum pihak lembaga keuangan syariah membeli dan menerima barang yang dipesan nasabah dari pihak penjual pertama.”[4] Kedua, yang diberikan bank ke nasabah adalah uang, dan bukan rumah. Artinya, bank memberikan sejumlah uang ke nasabah untuk membeli rumah itu. Ini termasuk transaksi riba. Karena bank memberikan uang tunai Rp 100 juta dan akan menerima Rp 150 juta setelah lima tahun. Akad murabahah hanya kamuflase di atas kertas. Model 2 Sama dengan Model 1, dengan tambahan pihak bank menghubungi penjual rumah/developer dan mengatakan, “Rumah Anda di lokasi ini telah aku beli Rp 100 juta.” Kemudian pihak bank mentransfer uang ke penjual/developer. Pihak bank mengatakan kepada calon calon pembeli rumah, “Silakan ambil rumahnya. Kami menjualnya kepada Anda seharga Rp 150 juta secara kredit.” Dengan demikian, bank mendapat keuntungan Rp 50 juta. Tanggapan Kesalahan dalam praktek murabahah Model 2 adalah pihak bank menjual rumah ke nasabah tanpa lebih dulu menerima rumah itu dari developer. Karena bank hanya mentransfer uang ke developer, tanpa studi tapak dan memeriksa rumah tersebut. Akad jual-beli murabahah ini statusnya fasid batal dan haram. Terdapat larangan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam mengenai menjual barang sebelum diterima penjual. Diriwayatkan dari Hakim bin Hizam, beliau mengatakan, “Wahai Rasulullah, saya sering jual-beli, apa jual-beli yang halal dan haram? Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda,”Wahai anak saudaraku, bila engkau membeli sebuah barang jangan dijual sebelum barang tersebut engkau terima“HR. Ahmad dan dihasankan Imam Nawawi. Hadis ini menjelaskan, haram hukumnya menjual barang yang telah dibeli namun fisik barangnya belum diterima[5]. Juga diriwayatkan Ibnu Abbas Radhiyallahu anhuma, “Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melarang seseorang menjual bahan makanan yang telah dibelinya sebelum ia menerimanya. Seseorang bertanya kepada Ibnu Abbas, Kenapa dilarang? Ibnu Abbas menjawab, Karena dirham ditukar dengan dirham sedangkan bahan makanan ditangguhkan’” HR. Bukhari. Hadis tersebut jelas melarang menjual barang yang telah dibeli namun fisiknya belum diterima. Ibnu Abbas menjelaskan alasan pelarangan jual-beli itu sama dengan riba bai’ jual-beli. Hal ini karena saat pihak pertama membeli barang dari penjual 100 dirham kemudian dijual kembali ke pihak kedua 120 dirham, sama dengan menukar 100 dirham dengan 120 dirham ini dinamakan riba ba’i, sementara barang yang menjadi objek akad tetap di tangan penjual[6]. Demikian pula sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, “Tidak halal menggabungkan antara akad pinjaman dan jual-beli. Tidak halal dua persyaratan dalam jual-beli. Tidak halal keuntungan penjualan barang yang tidak dalam jaminanmu dan tidak halal menjual barang yang bukan milikmu” HR. Abu Daud. Al-Albani menyatakan, hadis ini hasan shahih. Sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam, “Tidak halal keuntungan penjualan barang yang tidak dalam jaminanmu“, artinya, tidak halal memperoleh keuntungan dari penjualan barang yang telah dibeli, namun fisiknya belum diterima. Karena ketika barang itu belum diterima, maka jaminan barang tersebut berada dalam tanggungan penjual pertama. Dalam murabahah Model 2, setelah rumah dibeli pihak bank dari developer melalui telepon dan sebelum diterima oleh nasabah, jaminan risiko rumah ditanggung developer. Andaikata rumah tersebut terbakar, developer yang bertanggung jawab, bukan pihak bank. Dengan demikian pihak bank telah mendapat untung dari murabahah tanpa menanggung risiko barang. Keuntungan ini hukumnya tidak halal.*** Pull Quote Jangan engkau jual barang yang belum engkau miliki Tidak halal menggabungkan antara akad pinjaman dan jual-beli, tidak halal dua persyaratan dalam satu jual-beli, tidak halal keuntungan barang yang tidak dalam jaminanmu. Nabi Shallallahu alaihi wa sallam melarang seseorang menjual bahan makanan yang telah dibelinya sebelum ia menerimanya. Resume Murabahah adalah menjual barang dengan menyebutkan harga barang, sementara penjual menetapkan laba tertentu. Ada tiga pihak yang dilibatkan dalam transaksi ini penjual pertama, penjual kedua diwakili bank, dan pembeli nasabah. Para ekomon Islam menawarkan produk murabahah yang termodifikasi, yang dikenal sebagai murabahah lil aamir bisy-syiraa’. Salah satu bentuknya, memesan barang X ke bank, dengan perjanjian pembeli akan membeli barang X dengan keuntungan tertentu, setelah bank membelinya serta telah terjadi pindah tangan dari penjual pertama. Transaksi murabahah dibolehkan dengan syarat 1 Barang telah resmi dibeli oleh penjual kedua bank; 2 Barang telah dipindah-tangankan ke penjual kedua bank, dan menjadi tanggungan bank; dan 3 Belum terjadi akad dan transaksi jual-beli antara bank dan nasabah, sebelum ada serah terima barang dari penjual pertama kepada pihak bank. Ada dua model murabahah yang diterapkan bank syariah. Pertama A mendatangi bank untuk membeli rumah. Kemudian bank melakukan survai rumah bukan membeli. Selanjutnya bank menetapkan harga yang lebih mahal, lalu bank menyerahkan sejumlah uang seharga nilai rumah, agar nasabah membeli rumah tersebut. Transaksi ini melanggar dua aturan syariah, karena 1 Bank menjual barang yang belum menjadi miliknya; dan 2 Sejatinya, bank hanya meminjamkan uang ke nasabah dan bukan menjual rumah ke nasabah. Sementara nasabah berkewajiban mengembalikan lebih. Dan ini murni riba. Kedua, A mendatangi bank untuk membeli rumah. Kemudian bank mentransfer uang seharga rumah kepada developer. Selanjutnya rumah tersebut dijual ke nasabah dengan harga lebih mahal, sebelum bank menerima rumah tersebut dari developer. Transaksi ini melanggar dua aturan syariah 1 Bank telah menjual barang sebelum diserah terimakan. Dan ini melanggar hadis; 2 Bank mengambil keuntungan dari penjualan barang yang belum menjadi tanggungan bank. Karena ketika rumah itu dijual ke nasabah, rumah tersebut masih menjadi tanggungan developer. Konsekwensi orang yang siap menerima keuntungan adalah dia harus siap menanggung risiko kerugian. [1] Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaytiyyah, jilid XXXVI, hal 318. [2] Fatawa Lajnah Daimah, jilid XIII, hal 153. [3] Journal Fiqh Council, edisi v, jilid II, hal 965. [4] AAOIFI, Al Ma’ayir As Syar’iyyah, hal 94. [5] Dr. Sulaiman At Turky, Bai’ Taqsith wa Ahkamuhu, hal 125. [6] Ibid. didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia. Dukung Yufid dengan menjadi SPONSOR dan DONATUR. SPONSOR hubungi 081 326 333 328 DONASI hubungi 087 882 888 727 REKENING DONASI BNI SYARIAH 0381346658 / BANK SYARIAH MANDIRI 7086882242 YAYASAN YUFID NETWORK KLIK GAMBAR UNTUK MEMBELI FLASHDISK VIDEO BELAJAR IQRO, ATAU HUBUNGI +62813 26 3333 28
RT@Rahmath45499067: Isteri saya 15 th di B"I, Alhamdulillah kami mendapat pencerahan dari ustadz DR Erwandi Tarmizi. isteri saya resign karena takut memerangi Allah dan RasulNYA.. ditawari promosi ke B*I Syariah jika merasa bank konvensional adalah riba.. no way. Mereka hanya beda istilah,tetap riba. 03 Aug 2022
- Saat ini banyak nasabah ingin beralih menjadi nasabah bank syariah karena berbagai alasan, salah satunya menghindari riba. Ustadz Erwandi memberikan pencerahan mengenai bagaimana sebaiknya kita memilih bank untuk menyimpan uang dan bertransaksi. Pada kesempatan kali ini akan dibahas mengenai apa saja bank syariah rekomendasi Ustadz Erwandi dengan mengenali prinsip syariah yang Bank Syariah Untuk Terhindar RibaSekarang ada banyak pilihan bank yang dapat digunakan untuk menyimpan uang dan bertransaksi dengan nasabah lainnya. Namun memilih bank syariah yang direkomendasikan oleh Ustadz Erwandi dapat menjadi prioritas dan opsi di Indonesia, mayoritas masyarakatnya adalah muslim sehingga kehadiran bank syariat sangat membantu mayoritas umat Islam untuk tetap bertransaksi melalui bank dengan memperhatikan ketentuan sesuai syariat yang diketahui dalam hukum Islam bahwa dalam hal penggunaan uang mempunyai aturan sendiri. Dengan begitu maka tidak dapat asal dalam memilih bank, apalagi perihal uang merupakan masalah yang cukup sebagian orang, memilih bank bukanlah masalah dan menganggap sebagai hal yang sepele sehingga tidak begitu dipertimbangkan. Padahal perihal bank dapat menjadi sesuatu yang serius sehingga harus benar-benar bagi Anda yang lebih suka menabung uang di bank dibandingkan menyimpannya secara manual di brankas atau tempat tertentu. Jika minim pengetahuan, tentunya sangat disayangkan karena bisa asal-asalan memilih sehingga sembarangan memilih bank dan termasuk tidak salah pilih, Anda bisa memilih bank syariah rekomendasi Ustadz Erwandi sebagai ahlinya. Apalagi jika Anda tidak tahu-menahu tentang bank syariah, jika mendapatkan rekomendasi dari ahlinya tentu bisa lebih Menabung di Bank Syariah Riba?Kembali ke prinsipnya, bahwa tabungan syariah merupakan jenis simpanan atau tabungan yang dijalankan sesuai ketetapan hukum Islam di bank syariah. Setiap produk tabungan syariah sudah diatur dalam prinsipnya, tabungan syariah merupakan jenis tabungan yang disediakan oleh pihak bank tanpa memberlakukan bunga atau riba. Jenis tabungan ini biasanya menjadi alternatif bagi umat muslim untuk menghimpun dana, dibandingkan tabungan bank pada tabungan konvensional yaitu menetapkan bunga dengan melebihkan jumlah pinjaman pokok secara batil, dalam hal ini riba hukumnya haram. Dalam hal ini, tabungan syariah merupakan salah satu alternatif solusi bagi umat muslim yang ingin menabung uangnya di syariah yang diberlakukan pada bank syariah telah diatur dalam fatwa MUI misalnya prinsip keadilan dan keseimbangan 'adl wa tawazun, tidak mengandung riba, gharar, maysir, zalim dan bank syariah menjalankan prinsip sesuai hukum dan syariat Islam, maka tabungan syariah tidak dihukum haram karena dalam memilih bank syariah harus tetap selektif, karena saat ini tidak semua bank syariah menjalankan prinsip sesuai syariah, jadi bagaimanapun harus kembali lagi ke prinsipnya. Anda bisa memilih bank syariah rekomendasi Ustadz Bank SyariahBank syariah adalah jenis bank yang dibentuk dengan setiap kegiatan atau aktivitas dalam menjalankan usaha, diatur sesuai dengan prinsip syariah hukum dan aturan yang telah ditetapkan itu didasarkan pada fatwa MUI. Dengan demikian semua prinsip yang diambil selalu didasarkan pada ahlinya, terutama yang berkaitan dengan aktivitas informasi bagi Anda, bank syariah pun mempunyai logo seperti halnya Bank Indonesia. Apabila logo Bank Indonesia bertuliskan BI, untuk bank syariah mempunyai logo dan Tujuan Bank SyariahUntuk mengenal apa saja bank rekomendasi Ustadz Erwandi, sebaiknya terkait tujuan dan fungsi bank syariah perlu dipahami terlebih syariah didirikan dengan tujuan utama menjalankan lembaga keuangan supaya dapat membantu melaksanakan pembangunan dan menjaga kestabilan kesejahteraan didirikannya bank syariah juga sejalan dengan fungsinya yang terdiri dari beberapa hal. Sesuai dengan yang disampaikan oleh OJK, bank syariah berfungsi untuk menghimpun serta menyalurkan dana milik masyarakat, terutama umat begitu, sangat diutamakan jika memilih bank syariah rekomendasi Ustadz Erwandi karena sudah sejalan dengan prinsip dan syariah Islam. Pada dasarnya fungsi dari bank syariah sangat beragam dan semuanya merupakan fungsi yang fungsi bank syariah dalam menjalankan perekonomian sosial yang diimplementasikan dalam bentuk Baitul Mal. Dalam hal ini, Baitul Mal berupa dana dari infaq zakat, sedekah dan berbagi dana itu, bank syariah juga berfungsi untuk menghimpun dana sosial yang masuk kemudian disalurkan untuk pihak yang bank syariah rekomendasi Ustadz ErwandiMembahas tentang apa saja bank syariah yang direkomendasikan oleh Ustadz Erwandi, ternyata beliau mempunyai pandangan tersendiri terkait dengan bank dasar sistem dari bank syariah di konsep tidak sama seperti bank konvensional, tetapi dalam pelaksanaannya, tidak semua bank yang berlabel syariah sudah dijalankan sesuai dengan prinsip dan hukum Islam yang sebenarnya. Pasalnya, tetap ada perbankan syariah yang masih menggunakan sistem yang tidak sejalan dengan syariah itu, bagi yang akan menggunakan bank syariah dan sedang mencari opsi bank syariah terbaik, sangat penting untuk mempertimbangkan berbagai hal yang sesuai dengan prinsip Islam serta memperhatikan setiap detail hukum yang digunakan oleh bank untuk tidak salah pilih saat menentukan bank syariah yang diinginkan. Bank syariah yang dipercaya dan direkomendasikan setidaknya menganut hukum syariah, yaitu mempunyai akad murabahah tersebut hanya digunakan oleh bank syariah yang menganut hukum syariah sebenarnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa bank syariah rekomendasi Ustadz Erwandi yaitu bank yang mempunyai prinsip murabahah serta prinsip yang sejalan dengan hukum Islam.
Salahsatu bank Indonesia yang sangat ramai di datangi adalah bank Syariah. 1. Bank Syariah Mandiri. PT Bank Syariah Mandiri yang dipimpin oleh Toni Eko Boy Subari ini berhasil menduduki posisi pertama dengan total aset mencapai Rp114,4 triliun. Jumlah ini menjadi perolehan aset paling tinggi, sebab nilainya kurang lebih setara dua kali lipat dibandingkan dengan rata-rata aset bank syariah besar lainnya.
Sudah diketahui bahwa saat ini ada begitu banyak bank yang bisa dijadikan pilihan dalam menabung. Akan tetapi memilih bank syariah rekomendasi Ustadz Erwandi bisa menjadi prioritas. Karena sudah diketahui dalam hukum agama islam, penggunaan uang itu memiliki aturannya tersendiri. Jadi tidak bisa memilih asal terlebih masalah uang sangatlah sensitif. Memang bagi sebagian orang menganggap hal ini adalah masalah sepele dan tidak perlu dipikirkan. Padahal sebenarnya masalah bank ini juga menjadi sesuatu yang serius dan perlu dipikirkan. Terlebih bagi Anda yang lebih gemar menyimpan uang di bank dari pada disimpan secara manual. Jika kurangnya ilmu pastinya akan sangat menyayangkan akan penyimpanan uang yang ternyata termasuk riba’ tersebut. Mengenal Bank Syariah, Pengertian, Tujuan dan Fungsi Agar tidak salah dalam penentuan pemilihan, akan lebih baik jika memilih bank syariah rekomendasi Ustadz Erwandi. Karena itu merupakan rekomendasi yang diberikan dari ahlinya. Akan tetapi sebelum lebih jauh membahas mengenai rekomendasi yang diberikan, pahami dulu hal dasar mengenai pengertian, tujuan dan fungsinya. Jadi Anda bukan menjadi golongan orang yang tidak tau apapun mengenai bank syari'ah. Sehingga pada saat mendengarkan rekomendasi yang diberikan oleh ahlinya bisa menerima dengan baik. Tidak sedikit pula orang yang merasa dirinya paling hebat dan merasa paling benar. Dengan sifat tersebut kemudian menjadi diri yang keras dan tidak mau mendengarkan pendapat orang lain. 1. Pengertian Jika Anda salah satu orang yang nantinya akan mendengarkan bank syariah rekomendasi Ustadz Erwandi. Maka mulailah dari memahami pengertiannya terlebih dahulu. Pengertian dari bank syariah adalah sebuah bank yang didirikan dengan setiap aktivitas yang dijalaninya dalam melakukan usaha semuanya diatur berdasarkan prinsip dan hukum islam. Semua aturan yang ditetapkan itu berdasarkan dari fatma yang diberikan oleh Majelis Ulama Indonesia MUI. Dengan begitu segala prinsip yang diambil itu berdasarkan dari ahlinya terlebih dengan kaitan aktivitas keagamaan. Bagi yang tidak mengetahuinya, bank syariah juga memiliki logo layaknya bank Indonesia. Jika pada bank Indonesia berlogo BI, maka pada bank syariah memiliki logo IB atau Islamic banking. 2. Tujuan & Fungsinya Selain memiliki pengertian, bank syariah juga memiliki tujuan juga fungsinya. Jadi pada saat nantinya Anda akan mendengarkan bank syariah rekomendasi Ustadz Erwandi, sebaiknya hal ini juga wajib dimengerti. Dengan pemahaman yang sesuai, maka ketika mendengarkan nasihat atau rekomendasi yang diberikan mampu mencernanya dengan baik. Sehingga tidak salah dalam pengambilan langkah berikutnya. Di dirikannya bank syariah ini memiliki tujuan untuk bisa menjalankan lembaga keuangan, sehingga mampu membantu pelaksanaan pembangunan dan juga menstabilkan kesejahteraan rakyat. Hal tersebut juga sejalan dengan fungsi yang dimiliki oleh bank syariah yakni mencakup beberapa hal. Menurut versi OJK fungsi dari bank syariah adalah untuk menghimpun dan menyalurkan dana milik rakyat atau masyarakat khususnya umat muslim. Oleh karena itu akan lebih baik jika memilih bank syariah rekomendasi Ustadz Erwandi. Karena memang fungsi yang diberikan oleh bank syariah sangatlah beragam dan memiliki fungsi yang baik. Seperti berfungsi untuk menjalankan perekonomian sosial dalam bentuk baitul mal. Ini berupa dana yang diambil dari zakat, infak, sedekah dan berbagai dana sosial lainnya. Selain itu fungsi lain adanya bank syariah adalah untuk membantu menghimpun berbagai dana sosial yang masuk. Kemudian setelah itu disalurkan pada orang-orang yang membutuhkan. Bank Syariah Rekomendasi Ustadz Erwandi Berbicara soal bank syariah rekomendasi Ustadz Erwandi, ini akan menjadi pembahasan yang panjang. Karena pada intinya ustad Erwandi memiliki pandangannya tersendiri mengenai bank syariah. Bagi beliau, tidak semua bank yang berlabelkan syariah itu menjalankan hukum syariah yang sebenarnya. Karena ada beberapa sistem perbankan yang tetap menggunakan cara yang tidak sesuai dengan syariah islam. Oleh sebab itu maka bagi Anda yang ingin menggunakan bank syariah, sebaiknya sangat memperhatikan setiap detail hukum yang ditetapkan oleh bank tersebut. Jangan sampai salah pilih dalam menentukan bank syariah yang diinginkan. Bank yang dipercaya pasti menganut hukum syariah setidaknya memiliki prinsip atau akad murabaha. Prinsip tersebut hanya dimiliki oleh bank yang menganut hukum syariah. Oleh karena itu bank syariah rekomendasi Ustadz Erwandi adalah bank yang memiliki prinsipnya.
BANKSYARIAH MANDIRI CIBUBUR CP 087877867766 Bantu share yuuk.. biar lebih bermanfaat & lebih ramai lagi di sosmed.. untuk menjadi ladang pahala kita insya Allah.. Syarah 'Umdatul Fiqih Mukadimah - Ustadz Dr. Erwandi Tarmidzi, M.A. Rodja TV 2 Views
KelebihanBank Jago Syariah Beserta Fitur-fiturnya VINERIX.COM - Kelebihan Bank Jago Syariah dapat menjadi pilihan untuk Anda yang sedang mencari aplikasi perbankan syariah. Sebenarnya perusahaan ke
BANKSYARIAH INDONESIA 7086882242 a.n. YAYASAN YUFID NETWORK Kode BSI: 451 Paypal: finance@ Rekening di atas adalah rekening khusus donasi Yufid Network, jadi Anda tidak perlu konfirmasi setelah mengirimkan donasi. Cukup tuliskan keterangan donasi pada saat Anda transfer.Selamamenjadi Praktisi Bisnis Perumahan Syariah selama 1 (satu) tahun ini kami menyimpulkan bahwa potensi KPR Bank Syariah yang begitu tinggi karena Hilangkan Denda Keterlambatan , Bank Syariah semakin menawan Halaman all - Kompasiana.com
BatasWaktu Sholat Subuh Menurut Ustadz Abdul Somad, Bangun Jam 6 Pagi Masih Bisa? Sementara kue bank syariah di Indonesia kecil, 5-6 %. Analis Rekomendasi Saham Bank hingga Properti.
A Institutional Development It is recommended that AICIS will have a special team work that dedicated themselves to the Comparisons and Differences of Level Islamic Social Reporting Disclosure Islamic Banking in Indonesia and Malaysia Siti Analisis Komparatif Praktek Shariah Governance Lembaga Keuangan Syariah di Negara
HukumBekerja Di Bank Syariah menghindari ribaRekomendasimetode belajar Islam sembari sibuk bekerja Terutama bagi kita-kita yang lemah imannya ini Dengan segala kesibukan bekerja, kuliah, ngurus 22 comments on LinkedIn
UstadzDr. Erwandi Tirmidzi, MA TINJAUAN FIKIH Jika diperhatikan secara seksama, maka didapati bahwa dalam produk dana talangan haji ini ada dua akad yang digabung dalam sebuah produk. Kedua akad tersebut adalah akad qardh (pinjam meminjam) dalam bentuk pemberian talangan dana haji dari pihak bank kepada pendaftar haji.